Thursday, May 04, 2006

Sudahkah Anda Sholat ?

it

SUDAHKAH ANDA SHALAT ?
MENGAPA ANDA TIDAK MAU BERSYUKUR
DENGAN BERSUJUD KEPADANYA ?
BUKANKAH NIKMAT ALLAH SWT
SETIAP DETIK TELAH ANDA PERGUNAKAN ?
INGATLAH HARI PEMBALASAN !!!

Sepotong Kurban


Para hadirin , rohimakumullah !
Allahu Akbar ! Segala puji bagiMu Ya Allah, kita persembahkan puja dan puji hannya kepadaNya, kita mohonkan pertolongan dan hidayahNya.
Allahu Akbar ! Wahai yang mengusai alam semesta, yang menghidupkan dan yang mematikan, , saksikanlah, hari ini kami bersimpuh lagi di hadapan keangunganMu, Tiada Tuhan kecuali Engkau. Dengarlah puja dan sanjungan kami ! terimalah sembah dan sujud kami semua.
Allahu Akbar, Ya Allah Yang Maha besar ! Sampaikanlah selawat dan salam kami pada junjungan kami nabi besar Muhammad saw, juga bagi keluarga dan sahabatnya dan bagi siapa saja yang mengikuti ajaranya dengan istiqomah dan penuh dengan taqwa. Sungguh Maha besar Allah yang telah mengutus Nabi Muhammad saw sebagai rakhmatan lil alamin, sebagai suri tauladan ummat manusia dalam rangka menyempurnakan peradaban dan kebudayaan manusia.
Hadirin dan hadirat kaum muslimin yang dimuliyakan Allah !
Pertama-tama pada kesempatan yang baik ini, di musim semi yang indah di Moskow , di tempat yang jauh dari tanah air kita dan dengan suasana keakraban diantara kita, saya mengajak dan menyeru kepada hadirin sekalian dan khusunya pada diri saya sendiri untuk meningkat taqwa kita dengan taqwa yang sebenar-benarnya, yaitu taqwa yang dapat mendorong kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan taqwa yang dapat mempererat hubungan sesama manusia. Dengan mengorbankan sebagian dari harta yang kita miliki untuk berkurban dengan niat mencari ridho Allah swt semata.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar !
Kemudian dalam rangka peningkatan taqwa kita di tengah-tengah lingkungan kehidupan yang serba boleh ini , maka konsep-konsep apa yang dapat diungkapkan, serta hikmah-hikmah apa yang dapat ditarik dari peristiwa Idul Adha, Idul Qurban, 10 Dzulhijjah 1418 H ini ?
Dalam suatu hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Majah dari Zaid bin Arqam, para sahabat bertanya kepada Rosulullah: “ Wahai Rosulullah apakah sesungguhnya qurban itu ? “ Beliau menjawa : “ Berqurban adalah pekerjaan Nabi Ibrohim as” Sahabat bertanya lagi : Apakah keuntungan berqurban bagi kami wahai Rosulullah ? Nabi menjawab :
artinya : “ Qurban yang dagingnya diberikan kepada saudaranya sesama muslim, maka setiap lembar bulunya merupakan kebajikan “ ( HR Ibnu Majah )
Dari hadist tersebut di atas paling tidak kita menemukan dua hikmah berqurban yang dapat dipetik. Pertama, kita menikmati betapa bahagia bila menjadi orang yang dermawan, menjadi seseorang yang mampu memberikan sesuatu, dan hal ini bukan berarti sipemberi lebih tinggi derajatnya di banding yang menerima, karena nilai pengorbanan kita hanya Allah yang engetahuinya. Kedua, pihak penerima merasakan terjajalinnya ukhuwah diantara sesama ummat muslim yang semakian erat, ang kaya membantu yang miskin, yang miskin menghormati yang kaya. dan terciptalah masyarakat yang saling kasih menghasihi , saling harga-menghargai satu sama lainnya . Dengan demikian yang kaya tidak menghina yang miskin karena kemiskininannya dan si miskin tidak cemburu pada yang kaya karena kekayaannya
Allahu Akbar, Allhu Akbar, Allahu Akbar walillahilhamd !
Hadirin rohimakumullah.
Sipat pengorbanan ini sesugguhnya relevan dengan sifat manusia yang tidak hanya mendambakan kesenangan material belaka dan juga telah sama-sama kita ketahui, kesenangan materil seringkali menjurumuskan manusia kejurang kehancuran dan menjauhkan dirinya kepada sang Maha pencipta Allah swt. Dengan berqurban kecintaan kepada harta benda dunia dan dikikis habis, minimal dapat diperkecil dan dapat ditumbuhkembangkan kesadaran bahwa kekayaan material tidak abadi dan hanya fana belaka. Jangankan uang yang di tangan, yang di tabung di Bank-pun bisa hilang lenyap, seperti yang sudah sama sama kita ketahui dengan di likuidasinya 16 bank di Indonesia. Kefanaan materi dan harta benda yang kita miliki, termasuk diri kita sendiri akan kembali kepada ketiadaan sebagai awalnya kita yang tiada
Hadirin yang diliyakan Allah.
Kata qurban itu sendiri tidak bermakna sama dengan kurban yang kita kenal dalam bahasa Indonesia. Korban berkonotasi negatif, mengandalkan pelepasan sesuatu dari seseorang kepada orang lain.


Yang Paling ...!



YANG PALING ....!

1. Kasur yang paling empuk adalah ngantuk
2. Makanan yang paling enak adalah lapar
3. Pakaian yang paling bagus adalah akhlak yang baik
4. Jalanan yang paling mulus adalah sehat
5. Teman yang paling baik adalah iman yang kuat
6. Rumah yang paling indah adalah jiwa yang tenang
7. Guru yang paling bijak adalah pengalaman
8. Cahaya yang paling terang adalah hati yang suci
9. Sahabat yang sejati adalah orang-orang yang sholeh
10. Komunikasi yang paling lancar adalah do'a
11. Mulut yang paling buruk adalah mengunjingkan orang
12. Petunjuk yang paling baik adalah Al Qur'an dan Al Hadist
13. Mutiara yang paling indah adalah kata-kata orang yang bijaksana
14. Pekerjaan paling membosankan adalah mendengarkan si pembual
15. Yang lebih tinggi dari hukum adalah maaf
16. Guru yang paling dekat adalah buku
17. Ingatan yang paling kuat adalah catatan
18. Pekerjaan yang paling mudah adalah ikhlas
19. Beban yang paling ringan adalah sabar
20. Derita yang paling gampang adalah tabah
21. Rumah yang sesungguhnya adalah kuburan
22. Kendaraan yang paling murah adalah kaki yang sehat
23. Sebaik-baiknya kaya adalah kaya hati
24. Sebaik-baiknya bekal adalah taqwa
25. Seburuk-buruknya buta adalah buta hati
26. Sebesar-besarnya dosa adalah berzinah
27. Sejelek-jeleknya usaha adalah memungut riba
28. Seburuk-buruknya makanan adalah memakan harta anak yatim
29. Musuh yang paling jahat adalah munafik
30. Bacaan yang paling baik adalah membaca Al Qur'an
31. Mesjidmu adalah dimana saja kamu bersujud
32. Tangan yang paling bagus adalah memberi
33. Perang yang paling besar adalah melawan hawa napsu sendiri
34. Perjalanan yang paling akhir adalah kematian
35. Perjalanan yang paling panjang saat perhitungan tiba

Puasa Pesantren Kilat Ruhaniah


PUASA PESANTREN KILAT RUHANIAH

Sebelum melanjutkan obrolan santai kita di malam ramadhan ini, marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kehadirat Illahi Robbi yang telah memberikan karunia yang teramat besar yaitu dengan tetap adanya Iman dan Islam di dada kita masing-masing dan diberikannya kita kesehatan hingga kita tetap dapat menunaikan kewajiban Ibadah puasa, melaksanakan shalat terawih, witir, tadarus Al Quran dan ibadah lainya di bulan yang mulia ini.
Selawat dan salam kita sampai pada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya dan kita ucapkan selamat bagi seluruh kaum muslimin dan muslimat dimanapun mereka berada.
Hadirin yang berbahagia.
Sebelumnya mohon maaf, bila keberadaan saya di depan hadirin terlalu sering, jangan - jangan nantinya menimbulkan kejenuhan, apa lagi di dalam jadwal acara ramadhan nama saya ada di sana, banyak lagi! seharusnya tidak demikian, mengapa ? Kalau acara-acara di HPII kita ibaratkan bola, maka ketika bola itu dilempar ke Pak Wasal, Pak mengopernya ke yang muda-muda saja, ketika bola di oper ke yang muda diwakili Sdr Abdullah dan Saudara Abdullah mengoper lagi ke Ketua HPII, dari Ketua di oper Ke Sekjen HPII, dari Sekjen HPII ke Pak Solihin dari Pak Solihin di oper ke tengah-tengah dan dari tengah gelanggang bola itu di kirim dengan manisnya ke penjaga gawang dan kalau penjaga gawang tidak mau menerima bola, maka Pak wasal berkata : " wah pejaga gawangnya putus asa nih ! "Jadi kalau yang lain boleh, oper ke sana ke sini, lempar ke sana lempar ke sini , sedangkan untuk kiper harus menangkap apa saja yang dilemparkan ke mulut gawang. Kiper tak boleh mundur, kiper tidak boleh ke bobolan. Kalu yang lain boleh tiaraf dengan alasan masing-masing, penjaga gawang harus tetap berdiri.

Ini persis keadaan yang terjadi pada Reformer Abu A'la Maududi, ketika Beliau sedang ceramah lalu terdengar tembakan, jemaah mengingatkan 'Tiaraf " kata Beliau ' Tidak, Aku tidak akan tiaraf, kalau semuanya tiaraf, siapa lagi yang mau berdiri di mimbar ini " ! Begitulah Beliau punya tekad. Sedangkan resiko bagi yang berdiri di atas mimbar itu banyak al :
1. Dikritik, kalau salah dalam kata dan kalimat, apa lagi jika berdiri dihadapan orang-orang pintar . Yang muncul secara spontan biasanya adalah kata , kalimat atau pernyataan yang salah.
2. Dihina, kalau tidak bisa menjalankan apa yang dikatakan. Dan menjadi bahan gunjingan yang empuk.
3. Di ceburkan ke neraka oleh Malaikat Jabaniah lebih dahulu, bila yang dikatakan lain dengan perbuatan.
4. Dan yang paling celaka akan mendapat kutukan Allah, bila tidak bisa mengamalkan apa yang telah disampaikan.
Hadirin yang berbahagia.
Obrolan santai kita malam tema yang saya ambil adalah Puasa sebagai pendidikan kilat ruhaniah. Mengapa ? Karena selama ini banyak perguruan tinggi yang telah mencetak manusia yang tidak utuh, manusia yang bernalar tinggi tetapi berhati kering. Sarjana yang meraksasa dalam tehnik tetap masih marayat dalam etika, intelek- intelek yang pongah dengan pengatahuan tetapi kebingungan menikmati kehidupan. Dan banyak manusia yang terlepas dari dimensi rohaninya, kamanusiaannya menjadi kamnusiaan yang berpenyakit " Semakin banyak orang pintar, tapi semakin sulit mencari orang Jujur yaitu orang yang dapat dipercaya, orang yang dapat menjalankan setiap amanah yang diberikan Allah dengan sebenar-benarnya, dimanapun dan pada posisi apapun dia bekerja.
Itulah sebabnya, Nabi Muhammad saw gelar yang pertama kali didapat dari masyarakat sekitarnya, baik lawan maupun kawan adalah 'Al Amin' Yang terpecaya. Bukan Sidiq, Amanah, Tablig atau Fatonah, walaupun ke empat sipat terakhir adalah sipat yang wajib dimiliki oleh Rosulllah saw !
Penyakit manusia timbul, karena manusia hanya mempertajam akalnya saja dan mengesampingkan hati nurani. Ilmunya menggapai angksa tapi hatinya terbudak oleh kerakusan, iri hati, kebencian, kegersangan emosi dan penipuan; ketrampilannya mampu menggerakkan secanggih apapun benda tersebut, tapi ia tidak mengendalikan hawa napsunya sendiri.


Manusia adalah makhluk jasmani dan ruhani sekaligus. karena itu, dsalam dirinya ada potensi untuk berhubungan dengan dunia matrial dan spritual. Ia mampu menangkap hukum-hukum alam di balik gejala-gejala fisik yang diamatinya, tetapi ia juga mampu menyadap isyarat-isyarat gaib dari alam yang lebih luas. Kebahagiaan, ketentraman, keindahan, kesucian. keadilan adalah gejala-gejala ruhaniah. Dan untuk mendapatkan itu semua ramadhan adalah jawabannya, karena ramadhan adalah madrasah untuk mendidik manusia-manusia yang adil, bahagia, tentram dan suci dan jika dirangkum manjadi manusia yang bertaqwa. Yaitu manusia yang seperti di firmankan Allah dalam surat Yunus ayat 62-63 :




Artinya : Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekwatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati. Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa.
Ayat tersebut diperkuat dengan Ayat yang menjadi landasan kewajiban berpuasa yaitu surat Al Baqoroh 183 :



Artinya : Wahai orangt-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.
Pelajaran apakah yang diberikan pada madrasah ruhaniah yang bernama puasa ? Sebagian diantaranya adalah ikhlas, pembersihan diri, ihsan dan ibadah. Mari kita gali agak dalam sedikit.
1. Ikhlas
Iklhlas artinya bermala semata-mata karena mengharap keridhoaan Allah. Puasa adalah latiha ikhlas, sebab puasa tidak kelihatan orang. Kelelahan fisik, kelesuan, bibir yang kering buka menunjukkan puasa saja. Dalam puasa orang didik behwa keridhoaan Allah lebih besar daripada dunia dengan segala isinya, Seperti yang difirmanakan Allah dalam surat At Taubah 72 : Wa ridwanum minallhi akbar !


Karena itu bila puasanya berhasil, manusia tidak lagi membabi buta mengejar kekayaan, bila kekayaan itu mengandung murka Allah, Ia tidak lagi mempertahankan kekuasaan , bila kekuasaan itu mengahalanginya untuk mencapai ridho Allah.
2. Pembersih diri.
Dalam puasa seorang muslimin dididik untuk menghindari perbuatan tercela. Ia mengendalikan lidahnya agar tidak keluar kata-kata keji, mengumpat, mencaci maki dsb Bahkan jika di cemoohkan orang lainpun, nabi menyuruh menjawab dengan sederhana " Inni shaim" ( Saya sedang berpuasa) Ia mengendalikan telinga, padangan dan selllruuah anggota tu8buhnya, bahkan getaran hatinya yang terdalam. agar ia tidak terkena apa yang diperingat roosul yaitu " Betapa banyak orang yang berpuasa yang tidak mendapat apa-apa dari puasanya, kecuali lapar dan dahaga ".(HR Bukhoori).
Taqwa tidak akan tercapai tanpa proses pembersihan diri. Cahaya ruhani tidak akan mampu menembus hati yang dipenuhi dosa dan maksiat. Nur Rabbani tidak akan terpantul dari jiwa-jiwa yang penuh dengan kekotoran. Cahaya Allah tidak akan masuk ke dalam orang yang dengan sengaja mengotori ruhaninya sendiri dengan melanggar perintah Allah, berbuat maksiat dan tidak merasa malu melanggar perintah-Nya.
3. Ihsan dan Ibadah.
Dalam bulan ramadhan seorang muslim diajar untuk membiasakan diri berbuat baik pada sesama, memperbanyak sedekah, menolong orang lain, menggembirakan yang susah , meringankan beban yang berat yang diderita orang lain dan berlatih untuk memberikan hak orang lain betapun kecil nilai hak tersebut. Pada saat yang sama lidahnya berdzikir dan membaca Al Qur'an, ditenggakkannya shalatul lail, seperti terawih, witir, tahajud dsb. Dipenuhinya waktu sahur dengan sitigfar, mohon ampun sebanyak-banyak kepada Allah. Matanya sayu karena kurang tidur, Bibirnya kering karena lapar dan dahaga. tubuhnya lemah kekurangan energi, tapi pandangan kalbunya cemerlang dengan sinar Rabbani, Cahaya Allah masuk ke dalam jiwanya dan jiwanyapun ridho kepada Allah dan Allah pun meridhoinya.
Keempat kulitas ini akan sanggup memberikan, keharuan imani pada kegersangan intelektual, timbangan keadilan bagi yang haus kekuasaan, kelembutan kasih sayang pada penumpuk harta benda dan keutuhan insani pada kamusiaan yang penuh cacat ! Ada empat hal lagi untuk membekali orang yang berpuasa, agar puasanya mencapai kesempurnaan. Seperti yang disampaikan oleh Dzun Nun Al Misri seorang sufi besar dari Mesir sbb :

1. Jangan bergaul dengan Allah, kecuali dengan Muwafaqoh yaitu menyesuaikan diri dengan perintah-perintah Allah dan menjauh larangan-Nya. dengan prinsif; " sami'na wa ato'na " kami dengar dan kami patuhi ! Bukan "sami'na wa asyoina", kami dengar dan kami langgar. Karena ada yang berkata : "Hukum dan peraturan Allah di buat untuk dilanggar" Mari kita doakan orang yang berkata semacam ini, agar hidayah Allah kembali turun kepadanya.
2. Jangan bergaul dengan manusia, kecuali dengan munashakoh yaitu menghidupkan kecintaan kepada rosul, orang-orang suci dan sayang menyayangi dengan sesama manusia.
3. Jangan bergaul dengan napsu, kecuali dengan mukhalafah yaitu membantah dan menentang hawa napsu, karena berjuang melawan hawa napsu sendiri termasuk jihad yang besar.
4. Jangan bergaul dengan setan, kecuali dengan memerangi dan menjadikan musuh yang nyata.
Hadirin sekalian.
Sebagai penutup obrolan singkat ini, saya kutipkan syair dari Al Anshari seorang sufi dari Persia :
Wahai sahabatku, pandanglah pemakaman nun jauh di sana
dan saksikan betapa banyak pusara di dalamnya
berapa ratus ribu manusia-manusia taak berdaya berbaring di sana
di dalam kelelapan
Setiap orang diantara mereka telah membanting tulang dan berjuang
telah terbakar harapan dan ketamakan
dan pakaian-pakaian gemerlapan bertahta ratna mutu manikam
Mereka menumpuk-numpuk berguci-guci emas dan perak
merapas napkah orang banyak
dan berlomba-lomba dengan tipu muslihat
mencari uang banyak
namun akhirnya dengan penuh penyesalan
mereka dibaringkan untuk menghadapi ajal
Gudang harta kekayaan, mereka penuhkan
dan di dalam jiwa mereka
tertanam benih-benih ketamakan
tetapi akhirnya semua itu mereka tinggalkan



Sungguh menyedihkan, dengan tak terduga-duga
terjerembab di pintu kematian
dan di sana cangkir takdirlah
yang mereka minum
Wahai sahabatku, renungilah kebimbangan hatimu
dan bergegaslah engkau ke pintu taubat
jika tidak, ketahuilah olehmu
engkau akan tersiksa selama-lamanya.

Demikian. Lebih kurangnya mohon maaf !
Wabillahi taufik wal hidayah
wassalamu alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Moskow, 25 Desember 1998 M
7 Ramadhan 1419 H

Al Qur'an Bacaan Mulia Sepanjang Jaman


Al QUR'AN BACAAN MULIA SEPANJANG JAMAN


Dengan mengucap Bismilhirohmanirrohim, Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, mari dengan tidak bosan-bosannya kita mengucapkan puja dan puji kehadirat Illahi robbi, karena atas berkat rakhmat dan hidayah-Nyalah kita dengan segala ketulusan hati menghadiri peringatan Nuzulul Qur'an di KBRI Moskow tepat di malam ke 17 Bulan ramadhan 1419 H.
Tak lupa mari kita ucapkan selawat dan salam kepada Nabi Kita Muhammad saw yang telah membawa manusia dari alam kegelapan ke alam yang terang benderang di bawah naungan panji-panji illahi. Juga kita ucapkan salam untuk keluarga dan shabat-shabatnya serta orang-orang yang mengikuti ajarannya.
Hadirin yang berbahagia.
Dalam acara Ramadhan HPII Moskow di sana tertulis Hikmah Nuzulul Qur'an oleh Bapak Wasal Falah/Syaripudin Zuhri, Tapi lagi-lagi saya di perintah untuk maju ke depan sini, ya karena di perintah ya saya kerjakan! Mengapa ? Karena menjalankan perintah dari Ulil Amri itu hukumnya wajib ! Apa lagi perintahnya untuk kebaikan, bukan untuk maksiat, kalau perintah untuk maksiat, Wajib di tolak siapapun yang memerintahkannya. Pernah saya bertanya kepada Beliau, mengapa Bapak tidak mau khutbah atau ceramah? "Wah dari pada saya sakit hati. lebih baik, saya diam" Loh kalau Bapak saja bisa sakit hati karena pembicarannya tidak didengarkan orang, apa lagi saya yang kecil pak, siapa mau dengerin ?
Hadirin yang berbahagia.
Kenapa saya ceritakan itu, agar hadirin mengetahui bahwa saya di sini bukan maunya saya, kalau bisa, saya di belakang sana, enak. sambil ngantuk-ngantuk ngenderin yang bicara. Enggak di tuntut apa-apa. Paling-paling berdosa kalau tidak menjalankan apa yang sudah diketahuinya. Nah berdiri disini tuntutannya macam-macam, tidak boleh begini tak boleh begitu. Udeh capek-capek ngetik, ngomong di depan, malahan dapat dosa karena tidak bisa menjalankan apa yang di sampaikan.

Hadirin yang berbahagia.
Mungkin ada yang bertanya, buat apa sih setiap tahun memperingati Nuzul Qur'an ? Apa sih hikmahnya ? Bukankah setiap tahun peringatan tersebut diadakan, tapi tak merubah apa-apa ? Apakah sia-sia kita memperingati malam seperti ini ? Bukankah acara-acara peringatan semacam ini tidak membawa pengaruh apa-apa ? Bukankah acara ini tetap diselenggarakan, tapi yang tidak shalat tetap tidak shalat, yang tidak puasa tetap tidak puasa dan yang tidak membaca Al Qur'an tetap tidak membaca Al Qur'an ? Bukankah Al Qur'an kebanyakan dijadikan hiasan lemari-lemari dengan begitu indahnya, sampai berdebu karena tak disentuh-sentuh. Bukankah bacaan utama sehari-hari adalah koran bukan Qur'an ? Lalu mengapa turunnya Al Qur'an mesti diperingati ? Demikian seribu satu macam pertanyaan tentang Al Qur'an dan segala macam aspek yang berkaitan dengannya.
Untuk menjawab itu. mari kita persilahkan Qur'an sendiri yang menjawabnya. Al Qur'an menjawab dalam surat Al A'la 6-9 begini :





Artinya: "Akan kami bacakan(Al Qur'an) kepadamu, maka kamu tidak lupa. Kecuali apa yang dikehendaki Allah. Sesungguhnya Dia mengetahui apa yang terang dan yang tersembunyi. Dan akan Kami mudahkan bagimu jalan yang mudah, maka peringatkanlah, karena peringatan itu berguna".
Al Qur'an memperkuat jawabannya dalam surat Al Ghasyiah 21-22 yang berbunyi :

Artinya : Maka peringatkanlah(mereka), karena kamu hanyalah seorang pemberi peringatan, Kamu sekali-kali bukanlah seorang pemaksa.
Hadirin yang berbahagia.
Al Qur'an mengingatkan kepada kita bahwa peringatan apapun bentuknya itu penting. karena manusia adalah tempat khilaf dan alfa.


Di saat itulah peringatan, nasehat, teguran, ujian, cobaan dsb pada saat itulah manusia diajak untuk kembali keasalnya yaitu Allah dengan berpedoman pada Al Qur'an. Di saat itulah membaca Al Quran menjadi penting. Dikatakan oleh Abdurahman Isykafi : Membaca Al Qur'an sangat besar hikmahnya walaupun yang membaca tidak memahaminya (tidak mengerti bahasa arabnya), sebagaimana halnya dengan seseorang yang meminum ramuan obatnya sedangkan bahan-bahannya tidak diketahuinya. Lebih bagus lagi bila mengerti atau memahami maknanya. Dan keunikan al Qur'an ada pada saat kita membaca, kita baca dan baca lagi dengan arti dan pemahaman yang lebih mendalam, Al Qur'an akan memperlihatkan kemujizatannya bagi siapa yang membacanya. Dan membaca Al Qur'an tidak sama dengan membaca koran. Makin sering membaca Al Qur'a, hati semakin sejuk, jiwa semakin damai, persaan semakin tentram dan Allah akan semakin memperlihatkan tanda-tanda kekuasaanNya, bagi orang yang membaca kita-Nya yaitu Al Qur'an.
Sedangkan membaca Koran, apa lagi berita tentang negara kita, ya Allah rasanya yang mucul cuma keserakahan, kemunapikan, pemerkosaan, pengkhianatan, hiruk pikuk duniawi, perang urat syarat, perang politik, perang ekonomi, jor-joran dalam kekayaan dan kekuasaan, salin tuduh, salin fitnah, saling cakar satu dengan yang lain untuk merebut kekuasaan yang akhirnya melahirkan UUD yaitu Ujung-Ujungnya Duit. Dan dengan motivasi duit pemainan paling kotorpun dijalankan, yang kalau pakai bahasanya Pak Solihin : Keuangan Yang Maha Kuasa ! Jadi mereka sudah menjadikan Uang sebagai Tuhan ! Karena itu mereka menghalalkan segala cara untuk menumpuk uang atau harta benda sebanyak-banyak, menumpuk rupiah atau dollaran, sampai begitu banyaknya hingga lupa tau tidak mau membayar zakat mal, zakat harta kekayaan yang wajib dikeluarkan 2,5 % dari harta yang disimpanya setiap tahun, karena dia akan kaget melihat uang yang harus dikeluarkan untuk zakat, 2 % kali ribuah dollar atau 2,5 % kali puluhan juta rupiah. Terhadap orang semacam itu Al Quran memberi peringatan :

Artinya : Kecelakaanlah bagi setiap orang yang mengumpat dan mengejek Yaitu orang yang mengumpulkan hartanya dan menghitung-hitungnya. Ia mengira bahwa hartanya itu akan mengekalkannya. Jangan demikian, sungguh ia akan dicampakkan dalam huthomah(neraka) ( Al Humazah : 1-4 )
Ditegaskan lagi dalam Al Qur'an yang berbunyi :



Artinya : Kamu telah dilalaikan oleh kemewahan, hingga masuk keliang kubur. ( At Takasur : 1-2 ).

JIka kamu mati ?



ADAKAH KEBAIKAN YANG KAMU TINGGALKAN
JIKA KAMU MATI ?
ADAKAH AMAL BAIK YANG KAMU BAWA
JIKA KAMU MATI ?
APAKAH YANG TELAH KAMU PERSIAPKAN
MENGHADAPI KEMATIAN ?
MENGAPA KAMU TIDAK SEGERA BERTOBAT
PADAHAL KEMATIAN DATANG TIBA-TIBA ?
INGAT !!!
SETIAP DETIK USIAMU BERKURANG
MENUJU KEMATIAN.

Keluarga Sakinah


DIANTARA YANG PENTING DI DUNIA
Oleh : Syaripudin Zuhri


Sebelumnya marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah menganugerahkan kepada kita semua, nikmat yang takterhitung banyaknya. Dari mulai seluruh anggota tubuh kita yang berfungsi dengan baik sampai dengan seluruh rejeki yang telah kita terima dan rejeki itupun bukan hanya harta yang berupa uang, tapi juga keluarga. Suami bagi istri, istri bagi suami dan anak adalah rejeki yang patut di syukuri. Bahkan istri yang sholeha adalah perhiasan yang paling indah di dunia ini !
Istri yang baik bukan saja rakhmat di dunia ini, tapi juga diakherat. Dan Umar bin Khattab pernah berkata : “ Setelah Iman tidak ada rakhmat yang bisa menyamai istri yang baik “
Di dalam keluarga yang sakinah, di saat duduk berdua dan suami bersikap baik terhadap istrinya juga sebaliknya adalah suatu perbuatan yang memberikan rasa santai kepada pikiran setelah asyik mengerjakan tugas-tugas duniawi maupun ukhrowi. Dan setelah santai seperti itu seseorang bisa kembali beribadah dengan semangat baru.
Kedudukan istri dalam agama sangat penting, Nabi bahkan pernah bersabda, ketika Umar bin Khattab bertanya, Apakah yang paling penting untuk di cari dalam dunia ini ? Berliau menjawab : “ Lidah yang selalu berdzikir kepada Allah, hati yang penuh rasa syukur dan istri yang amanat” Bayangkan yang paling penting di cari di dunia ini menurut Nabi ada tiga: Pertama Allah, kedua hati dan ketiga istri ! maka berbahagialah jika seorang istri sudah mempunyai sipat yang amanat, lembut dan sholeha, apa lagi di imbangi dengan kecantikan lahir batin, wah asyik tuh ! pokoknya suami betah deh di rumah !
Suami yang bersikap sabar terhadap seribu satu macam masalah kewanitaan atau istri adalah bagian yang amat penting bagi agama. Nabi bersabda : “ Memberi nafkah kepada istri lebih penting daripada memberi sedekah “ ini bukan berarti sedekah ditinggalkan. Suami mencari nafkah dan itu wajib artinya bila dikerjakan mendapat pahala dan bila ditinggalkan berarti berdosa ! Sedangkan istri dirumah mengatur rumah tangga dengan sebaik-baiknya adalah wajib.
Ada bahaya yang sangat besar jika seorang suami memperlakukan istrinya dengan kasar, sehingga manimbulkan dosa bagi dirinya. mengapa ? Karena hak-hak wanita atas laki-laki persis sama dengan hak-hak laki-laki atas wanita.
Lalu sipat apakah yang mesti dicari pada diri seorang istri ? Imam Al Ghazali mengatakan :
Pertama, Kesucian akhlaknya. Jika seseorang mempunyai istri yang berakhlak tidak baik dan tetap diam, , ia mendapat nama yang buruk dan terganggulah kehidupan keagamaannya. Jika ia angkat bicara, hidupnya menjadi rusak. Dan bila ia ceraikan istrinya, ia akan menderita kepedihan. Seorang istri yang cantik tapi berakhlak buruk adalah bencana yang besar bagi suatu keluarga. Dan nabi Mengingatkan : “ Orang yang mencari istri demi kecantikannya atau kekayaannya akan kehilangan keduanya “
Kedua, tabiat yang baik. Istri yang bertabiat buruk- tidak berterima kasih, suka menggunjing atau angkuh- membuat beban hidup semakin berat dan merupakan halangan besar untuk menjalani kehidupan yang penuh taqwa.
Ketiga, kecantikan. Karena hal ini akan meimbulkan cinta dan kasih sayang. Kecantikan bukan hanya lahiriahnya saja, lebih utama adalah kecantikan batiniah, sehingga terpancar di wajahnya kelembutan, keikhlasan, kesabaran yang penuh penuh ridho dan diridhoiNya. Istri yang batiniah cantik akan diberikan tambahan petunjuk olehNya, sehingga apapun yang terjadi, ia akan tetap tabah dan tetap bersandar pada panji-panji Illahi robbi. tidak mudah gamang, tidak mudah putus asa terhadap rakhmat Allah. Dan hatinya selalu bersyukur atas segala karunia Allah betapun kecilnya.
Dan apakah yang dicari dalam diri Suami ?
Pertama; Suami bersikap baik pada istrinya dan sabar atas tingkah laku istri yang mungkin dirasakan kurang enak di hati. Hal ini di sabdakan oleh Nabi saw : “ seseorang yang mampu menanggung ketidakenakan yang ditimbulkan oleh istrinya dengan penuh kesabaran akan memperoleh pahala sebesar yang diterima oleh Nabi Ayub as atas kesabarannya menanggung bala(ujian) yang menimpanya “.
Kedua; Suami ikhlas terhadap kreasi dan kesenangan istri dan tidak menghalanginya, selama tidak melanggar prinsif-prinsif Agama. Dan orang bijak pernah berkata : “ Seorang suami mesti pulang dengan tersenyum dan makan apa saja yang tersedia dan tidak meminta yang tidak tersedia “ Mengapa ? Istri sudah susah payah mencari bahan-bahan makanan dan mengolahnya ( apa lagi di Moskow , berburu sampai ke pasar Vietnam dingin-dingin lagi ! )
Ketiga; Seorang suami memberikan nafkah secukupnya dan tidak bersikap kikir kepada istrinya. Nabi bersabda : “ Seorang laki-laki yang memberikan satu dinar untuk berjihad, satu dinar untuk menebus budak dan satu dinar untuk sedekah lalu memberikan satu dinar lagi untuk istrinya, maka pahala pemberian yang terakhir ini melebihi jumlah pahala ketiga pemberian lainnya “.
Keempat; Suami tidak boleh memakan sesuatu yang lezat sendirian. Jika tidak ada tamu, pasangan suami istri untuk makan bersama, karena Nabi saw bersabda : “ Jika mereka melakukan hal itu, Allah akan menurunkan rakhmatNya atas mereka dan malaikat pun berdoa untuk mereka”.
Demikan uraian singkat ini, Insya Allah ada manfaatnya, lebih kurangnya mohon maaf.

Isro Mi'roj 99


Bismillahirrohmanirrohim.
Assalamu alaikum wr wb.

Bapak-bapak, Ibu-ibu, Saudara-saudara, hadirin yang saya hormati.
Anak-anak yang Bapak cintai.

Marilah kita panjatkan Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah swt yang Maha Agung, karena dengan taufik, hidayah dan kesehatan yang diberikan-Nya pada kita semua, pada malam ini kita dapat meringankan langkah kaki dalam rangka menghadiri peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw di ruang Pancasila KBRI Moskow. Puji Syukur Alhamdulillah juga kita panjatkan kehadirat Allah swt yang tetap memberikan karunia yang tak ternilai harganya, dimana keimanan dan keislaman masih melekat pada diri kita masing-masing ditengah-tengah kehidupan yang tidak Islami.
Solawat dan salam kita tujukan pada Nabi besar Muhammad saw dan keluarga serta sahabat-sahabatnya. Juga pada orang-orang yang mengikuti ajarannya.
Hadirin yang berbahagia.
Allah swt berfirman dalam surat ke 17 yaitu surat Al Isra : 1 yang berbunyi :






“ Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda(kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. “
Hadirin yang berbahagia.
Setelah 14 abad lamanya peristiwa Isra’ dan Mi’raj terjadi, kini telah dapat dipelajari dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Apakah Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad saw itu mungkin terlaksana atau tidak ? Pada abad ini dan abad-abad mendatang bukan lagi masalah percaya atau tidak saja, tetapi sudah mencapai tingkatan pembuktian secara ilmiah.
Perkembangan ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa manusia biasa bukan Nabi atau Rosul yang telah dididik untuk mengoperasikan pesawat ruang angkasa dapat melakukan perjalanan -

menjelajah ruang angkasa dan kebetulan mereka-mereka yang mampu menembus ruang angkasa adalah dari negara dimana peristiwa Isra Mi’raj ini sedang di peringati yaitu Russia.
Tapi pada kesempatan peringatan Isra Mi’raj kali ini, saya tidak akan membicarakan tentang Isra’ Mi’raj dilihat dari sudut IPTEK tersebut, Saya akan membicarakan penerapan persitiwa Isra’ Mi’raj dalam kehidupan sehari-hari, karena pada hakekatnya peristiwa Isra Mi’raj adalah peristiwa perjalanan seorang hamba yaitu nabi Muhammad saw menghadap kepada Allah swt untuk menerima perintah yang sudah sama-sama kita ketahui yaitu ibadah shalat, yang wajib dilakukan 5 kali sehari semalam.
Kata ibadah dalam bahsa Arab mempunyai makna yang jauh lebih luas dari pada service (pelayanan) dalam bahasa Inggris . Ibadah mencakup sekaligus makna sepenuh hati dan penyembahan. Ia mempunyai pengertian menundukkan sama sekali kehendak pribadi kepada orang lain, sehingga dengan demikian kata ‘abd berarti budak, yang hidup dan kehendaknya sama sekali berada pada tuan atau majikannnya.
Islam yang berarti penyerahan diri secara sempurna kepada kehendak Allah dengan sendirinya menuju kepada suatu corak perbuatan dan sikap yang ditunjukkan dengan kata ibadah. Dalam pergaulan antar manusia kita menyaksikan sesuatu yang mendekati pengertian penyerahan diri seperti orang yang sedang saling jatuh cinta. Hubungan dengan Allah sama sekali tidak dapat disamakan dengannya dan karena itu ia hanya bisa ditunjukkan dalam bentuk kiasan. Orang-orang yang sedang jatuh cinta senang menyebut diri masing-masing sebagai hamba cinta karena adanya tuntutan untuk menundukkan diri yang disyaratkan oleh cinta itu. Sedangkan yang dituntut oleh allah dari kita adalah pelayanan atau ibadah secara ikhlas dan penuh cinta kepada-Nya. Jika Allah merupakan tujuan kita, maka kita dituntut untuk beribadah kepada-Nya semata. Bila kita mengabdi kepada hal-hal lain yang bukan tujuan kita berarti kita tersesat jalan dan menghancurkan kehidupan kita sendiri. Bila kita mengabdi kepada naluri-naluri pribadi tanpa menundukkannya kepada tujuan yang dinginkan, berarti kita menciptakan ketidak teraturan dalam kehidupan kita sendiri. Jika kita mengabdi kepada uang dan kekuasaan , berarti kita tidak jujur kepada harga diri kita yang lebih tinggi. Bila kita mengabdi kepada orang lain karena rasa takut atau cinta kepada keuntungan material, berarti kita melakukan ketidakadilan terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Bila kita mengabdi kepada dewa-dewa khayal yang kita bikin sendiri atau mengabdi pada kekuatan alam , karena ketakutan kita terhadap benda-benda itu , berarti merusak harga diri kita sebagai manusia.

Hadirin yang berbahagia.
Tragedi kehidupan manusia terjadi bila ia dikuasai oleh rasa takut yang tidak dari tujuan yang sebenarnya. Pengabdian kepada Allah berarti indentifikasi dengan kehendak Allah. Penyerahan diri secara sempurna atau tawakkal tidak berarti menghilangkan kepribadian, justru menyempurnakannya, dan inilah satu-satunya jalan untuk mencapai kesadaran pribadi. Hal ini berarti penguasaan terhadap kehidupan dan kebahagiaan, kita mengelak untuk main kuasa dan main paksa. Karena bila orang sudah tumbuh kesadaran beribadah yang sangat tinggi dalam dirinya, dia tidak lagi dapat diperbudak oleh apa dan siapapun, harta benda, kekuasaan, jabatan , kedudukan dan pangkat yang dimilikinya tidak akan mempengaruhinya dalam merendahkan diri dihadapan Allah, beribadah kepada Yang Maha Agung, Allah swt. Kesibukan apapun tidak akan melalaikan dirinya untuk melakukan ibadah sholat, karena sholat bagi dirinya adalah alat komunikasi yang sangat sempurna yang dapat menghubungkan dirinya secara langsung -tanpa perantara siapapun- dapat langsung berkomunikasi, berdilaog, beraudiensi kepada pemegang kekuasaan Yang Maha Tinggi, Yang Maha Mutlak, Yang Maha Menentukan, Yang Maha Pengatur, Allah swt.
Hadirin yang berbahagia.
Allah adalah wujud Yang Maha Kreatif. Dialah kekuatan hidup. Sebagai Tuhan, Dia merupakan Tuhan Yang Membangun dan Tuhan yang menjamin pelestarian hidup serta nilai-nilainya. Bila kita diperintahkan untuk mengabdi kepada Allah berati bahwa kita diperintahkan untuk mengabdi kepada-Nya dan mengembangkan nalar dan keadilan dalam hidup ini. Tidak ada satu perintah Allah yang tidak terkait dengan kepentingan dan kemajuan kita sendiri. Menurut Islam, setiap perbuatan yang benar merupakan perbuatan yang bernilai ibadah. Menurut al Qur’an , merasakan kenikmatan atau menikmati hidup dan kehidupan di dunia inipun, asal diperoleh dengan cara yang dibenarkan, merupakan perbuatan yang bernilai ibadah, banyak firman Allah yang menyatakan demikian diantaranya :







“ Katakanlah : siapakah yang mengharamkan (melarang) kenikmatan yang diberikan allah kepada hamba-Nya, dan (siapa pula yang melarang) rejeki-Nya yang baik-baik itu? “

Katakanlah : “ Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan di dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat.” (Al A’raf : 32)
Hadirin yang berbahagia .
Dalam surat yang lainnya Allah juga berfirman:





“ Gerakan benda-benda langit merupakan perbuatan ibadah yang dilakukan oleh alam dan semua pertumbuhan juga merupakan ibadah kepada Allah. “ ( Ar Rahman : 5-6)






“ Tujuh lapis langit, bumi dan semua makhluk yang ada di dalamnya bertasbih(memahasucikan) dengan memuji kebesaran-Nya (bertahmid), tetapi engkau tidak memahami bagaimana mereka bertasbih.” ( Al Isro :44)
Semua makhluk yang ada di langit dan di bumi tunduk patuh kepada-Nya, yang sering kali ingkar justru manusia. Manusia sering kali sombong kepada Tuhannya, dia tidak mau tunduk dan patuh kepada Allah yang telah menciptakan dan menyempurnakan kejadiannya, yang telah memberikannya rizki yang begitu banyak kepadanya, yang telah memberikan nikmat karunia, berupa harta benda, kekayaan, kesehatan, keluarga dsb
Manusia yang sombong ini, tidak mau tunduk dan pasrah untuk menyembah Allah dengan penuh keikhlasan, kecuali ria karena ada acara keagamaan, bila tidak ada, bablas semuanya. Subuh, kesiangan. Dzuhur dalam kesibukan, Asyar masih diperjalanan, Magrib kesorean. Dan Isya ketiduran. Bila di tanya: “mengapa tidak mau sholat ?” Jawabanya : “ Males ! “ Ya Allah, bila pertanyaan itu dikiaskan dengan pekerjaan di kantor : “Mengapa tidak mau kerja ? bila mereka berani menjawab “ Males “ pada atasannya langsung, kita tidak tahu apa sanksi yang diberikan oleh atasannya.
Hadirin yang berbahagia.
Orang tidak cukup hanya di katakan baik oleh manusia, karena sudah berbuat baik kepada sesama manusia, itu baru satu sisi yaitu-

hubungan sesama manusia( hablum minannas), sedangkan ada sisi lainnya yaitu hubungan kepada Allah (hablum minnallah) juga wajib dilaksanakan, berupa ibadah kepada-Nya. Karena ibadah kita kepada Allah adalah Hak Allah yang wajib di penuhi oleh kita sebagai hamba-Nya, sedangkan kewajiban Allah pada kita sudah diberikan-Nya, berupa kehidupan dan segala fasilitasnya, yang sudah saya sebutkan di atas.
Hak-hak Allah yang berupa pengabdian kepada-Nya sering kali dilanggar dan pelanggaran tersebut bukan karena ada halangan atau karena ada sebab yang menghalanginya, tapi karena sudah menjadi kebiasaan dan menganggap remeh yang namanya ibadah kepada Allah, urusan ibadah kepada Allah entah urutan keberapa dari prioritas tujuan kehidupannya. Sehingga tak ada lagi kata dosa bagi mereka, tak ada lagi rasa takut kepada siksa Allah diakherat nanti, jiwa-jiwa mereka menjadi keras, watak-watak mereka menjadi keras, sipat mereka menjadi keras, pembicaraan merekapun kasar, tak ada kelembutan, tak ada bekas-bekas ibadah di wajah mereka, telinga-telinga mereka tuli terhadap setiap seruan kebenaran.
Lebih celaka lagi, mereka mentertawakan orang-orang yang mengajak kebenaran. Mereka membuat patah semangat orang-orang yang mau berbuat kebaikan, ibarat bunga berguguran satu demi satu, sehingga orang yang tadinya mau berbagi ilmu yang dimilikinya, akhirnya mundur satu demi satu. Dan benar apa yang dikatakan oleh Abu A’la Al Maududi saat dia sedang berdiri di mimbar : “ Bila semuanya tiarap, lalu siapa yang akan berdiri di mimbar ? Siapa lagi yang akan menyampaikan risalah Allah ? Siapa lagi yang mau menyampaikan risalah rosul-Nya ? “
Hadirin yang berbahagia.
Telah menjadi kebiasaan orang yang merasa dirinya kuat, yang bangga dengan kedudukan dan hartanya, untuk mentertawakan siapa saja yang bertentangan dengan pendapatnya dan menyerukan apa yang tidak diketahuinya. Terutama jika sipenyeru itu lebih lemah kedudukannya, lebih rendah pangkat dan statusnya dan lebih sedikit harta yang dimilikinya. Kalau kita baca sejarah Islam, Seperti itulah sikap sekompok tokoh kapir Quroisy terhadap utusan Allah nabi besar Muhammad saw, mereka seperti Abu Jahal, Abu Lahab, Al walid bin Mughiroh dan para pengikut mereka.
Padahal Amirul mu’minin Ali bin Abi Tholib pernah berkata : “Jangan Engkau lihat siapa orang yang menyampaikan, tapi lihat apa yang di sampaikannya.“ Dan orang bijakpun pernah bilang “ Mutiara tetap mutiara, walaupun berada dalam lumpur “ Nabipun bersabda yang artinya : “ Kebenaran adalah harta orang mukmin, dimanapun kamu temukan, ambillah ! “


Hadirin yang berbahagia.
Orang-orang seperti Abu jahal dan Abu lahab ada pada setiap jaman, manakala kelompok-kelompok manusia saling bertentangan, saling bermusuhan, saling hina menghina dengan sesamanya, saling menggunjingkan satu dengan lainnya, memburukan orang lain di hadapan kita dan memburukan kita dihadapan orang lain, mengadu domba sesamanya, hingga persaudaraan menjadi luntur, jalan-jalan kebenaran tersembunyi di antara jalan kebatilan, hakekat agama tidak lagi di jalankan, yang ada hanya formalitas belaka, tradisi yang baik serta atura-aturan-aturanya dimatikan. Tak ada lagi yang tersisa, selain ‘ kulitnya’ yang tidak sesuai dengan’intinya’ atau gerakan-gerakan lahiriah saja yang tidak di dukung oleh kesadaran batiniah. Pada saat seperti itu hawa napsu manusia menguasai segalanya, sehingga tidak ada lagi motivasi atau keinginan yang mendorong manusia untuk melakukan sesuatu, selain yang berkaitan dengan makanan, minuman, perhiasan, perabotan, pangkat, jabatan atau kedudukan.
Cita-cita manusia hanya tergantung pada kemuliaan semu, masing-masing ingin memperoleh pujian atas apa yang tidak dilakukannya, mereka takut terhadap celaan manusia ketika menyampaikan kebenaran, padahal : “ Pujian orang lain tidak menyebabkan kita masuk syurga, dan celaan orang lain tidak menyebabkan kita masuk neraka. “ Sekali lagi : “Pujian orang lain tidak menyebabkan kita masuk syurga dan celaan orang lain tidak menyebabkan kita masuk neraka “ lalu mengapa takut menyampaikan kebenaran ? Yang wajib kita takuti hanya murka Allah.
Ali bin Abi Tholib pernah marah, ketika orang lain memuji kebaikannya, mengapa ? karena Ali takut dengan pujian manusia, hati nya akan menyimpang dari jalan kebenaran, karena kebenaran yang di sampaikan atau kebaikan yang diberikan bila mengharapkan pujian dari manusia itu namanya ria, dan ria adalah perbuatan ibadah yang bukan karena Allah, perbuatan yang bukan karena Allah artinya tidak ikhlas, dan amal yang tidak ikhlas akan sia-sia, tidak mendapat apapun dari Allah, itulah yang ditakuti oleh Ali bin Abi Tholib. Jadi apapun yang kita lakukan, ibadah apapun yang kita perbuat, atau amal apapun yang kita lakukan kalau bukan karena Allah, itu sia-sia. Pahala tidak dapat, bahkan dosa yang kita terima, khan sayang sudah susah-susah kita sangka perbuatan kita baik, malahan yang kita terima malah dosa. Apa lagi yang jelas-jelas dosanya, seperti melalaikan sholat, malas sholat, tidak mau sholat, ogah sholat, nyet sholat, emoh sholat, enggan sholat, takut sholat, enggak mau masuk syurga. Loh memangnya ada orang yang takut sholat ? Ada , Mendengar suara adzan untuk sholat Jum’at misalnya, bukan lari mengambil wudlu, eh malahan kabur, lari ke kantin, belum makan alasannya.

Tapi anehnya makannya lama banget, sampai sholat Jum’at selesai tidak muncul-muncul. Melalui mimbar ini dan dengan peringatan Isro’ Mi’roj ini, Saya mengajak kepada hadirin semua, bagi yang belum terpanggil juga untuk mengerjakan sholat, mari segera mengerjakan sholat, mari kita biasakan sholat, mari kita tunaikan kewajiban sholat, mari segera kita bertobat kepada Allah, mumpung kita masih diberikan kesempatan untuk hidup, kapan lagi kita mau sholat? Usia semakin tua, kuburan semakin dekat, kematian bisa datang tak terduga, adakah amal yang kita tinggalkan jika mati ? Mari kita bertanya ke dalam diri kita masing-masing ? Mari kita jawab pertanyaan tersebut dengan amal yang nyata.
Hadirin yang berbahagia.
Ada 12 ancaman bagi orang yang meninggalkan sholat sbb :
3 Balasan sewaktu di dunia :
1. Segala usaha dan rezkinya tidak berkah.
2. Padam cahaya kesholehan di wajahnya.
3. Dia dibenci oleh yang beriman.

3 Siksaan ketika hendak mati :
1. Roh dicabut sedangkan dia dalam keadaan sangat kehausan.
2. Merasakan sangat sakit ketika di cabut rohnya.
3. Dikhawatirkan mati dalam keadaan tidak beriman.

3 Siksaan ketika di alam kubur :
1. Dia sangat sedih terhadap pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir
2. Kuburannya menjadi sangat gelap.
3. Kuburannya menyempit sehingga tulang rusuknya berantakan.

3 Siksaan pada hari kiamat :
1. Hisabnya menjadi sangat berat.
2. Allah murka kepadanya.
3. Di siksa Allah dengan api neraka.

Hadirin yang berbahagia.
Dan bagi yang sudah mengerjakan sholat, mari kita kembali bertanya : Apakah sholat kita sudah benar ? Apakah bacaan yang kita baca sudah benar ?Apakah sholat kita sudah khusu ? Apakah sholat kita sudah benar, syarat dan rukunya ? Benarkan sholat kita hanya karena Allah ? Mengapa semua itu kita mesti pertanyakan kembali ? Karena sebanyak apapun kita sholat, berpuluh tahun kita telah melakukannya, tapi yang sholat itu fisik kita, hati dan pikiran kita tidak ikut sholat.


Badan rukuk, tapi akal dan hati tidak rukuk; Badan sujud, tapi akal dan hati tidak ikut sujud; lisan kita membaca, akal dan hati tidak ikut membaca, tapi menerawang kemana-mana, bahkan kadang-kadang kita lupa berapa rekaat kita sudah sholat ? Apa yang kita baca ketika sholat tadi, kita tidak tahu, inilah rahasianya mengapa sholat kita tidak khusu. Untuk itu mari kita mohon kepada Allah, agar taufik dan hidayah-Nya diberikan kepada kita, hingga sholat kita menjadi khusu, hingga sholat kita menjadi sholat yang benar, yang benar-benar karena Allah, untuk Allah dan mencari ridho Allah. Bukan karena apa dan siapapun, semata-mata hanya karena Allah.
Hadirin yang berbahagia.
Sebagai penutup mari kita perhatikan dialog singkat ini :
Nabi Muhammad saw bersabda : “ Ada orang yang diajak masuk syurga, tapi tidak mau ”, sehingga sahabat-sahabat nabi bertanya : “Ya Rosulullah, memangnya ada orang yang di ajak masuk syurga tidak mau ? “ Jawab nabi : “ Ada, mereka diajak sholat, enggan. Di perintahkan puasa, nolak. “
Demikian, lebih kurangnya mohon maaf.
Wabillahi taufik wal hidayah
Wassalamu alaikum warokhmatullohi wabarokatuh.


Moskow, 3 Desember 1999 M
25 Sya’ban 1420 H

Isro Mi'raj


Bismillahirrohmanirohim


Assalamu alaikum Wr Wb.

Sebelumnya marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Illahirobbi yang telah memberikan karunia yang tak ternilai harganya berupa nikmat Iman dan Islam, serta nikmat sehat wal afiat, hingga kita dapat dengan ringan melangkahkan kaki kita ketempat yang mulia ini, dalam rangka menghadiri peringatan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad saw di KBRI Moskow.
Selawat dan salam kita ucapkan kepada Rosulullah saw, sebagai manusia kamil, yang berhasil mengantar manusia dari alam kejahiliyahan menuju alam peradaban dan juga berhasil mengangkat harkat dan martabat dari kerendahan budi hingga mencapai akhlaqul karimah/akhlak yang terpuji.
Hadirin yang berbahagia.
Isra' mi'raj merupakan peristiwa spetakuler yang belum pernah dialami oleh manusia manapun di dunia ini. Peristiwa itu merupakan suatu peristiwa yang maha besar yang mampu menggetarkan persendian alam, baik yang barada di langit maupun yang berada di bumi. Seluruh makhluk terkesima menyaksikan peristiwa Isra' Mi'raj. Mereka membaca tasbih dan takbir , mensucikan dan mengagungkan Asma Allah Taala, dzat Yang Maha Kuasa.
Peristiwa Isra' Mi'raj ini membuktikan bahwa jika manusia dikehendaki oleh Allah, ia akan mampu menembus hijab-hijab atau dinding-dinding kegaiban serta menerobos berbagai dimensi alam. Baik alam ardhi, alam samawi maupun alam Malakut. Dan Peristiwa ini dilukiskan oleh Allah dalam al Qur'an Surat Al Isra' : 1 dengan sangat indahnya, mari kita sama-sama menyimaknya :




Artinya: ”Maha suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke masjidil Aqsa, yang telah Kami berkahi -
sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tandak kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. “
Hadirin yang berbahagia.
Isra' merupakan perjalanan di bumi, antara dua masjid yang penuh barokah dan suci, antara Mekkah dan Jerussalem, antara Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Allah menghubungkan keduanya dengan perjalanan Nabawi. Sedangkan Mi'raj merupakan perjalan yang dimulai dari bumi ke langit yang tinggi, ke suatu puncak batas yang tidak diketahui, kecuali oleh Allah semata yang bernama Mustawa. Di sanalah Nabi Muhammad saw berbicara dengan Allah swt, di tempat yang tidak pernah dijamah seorang manusiapun, juga tidak terjamah Malaikat, karena malaikat Jibril yang mengantar Beliau hanya sampai di Sidratul Muntaha, untuk mendapat perintah khusus dariNya berupa Shalat lima waktu sehari semalam. Begitulah awal mula diwajibkan shalat yang merupakan sendi agama, sebagai komunikasi sehari-hari antara manusia dengan Allah swt dan shalat juga merupakan Mi'raj harian bagi orang-orang mukmin.
Shalat merupakan kewajiban yang utama dibandingkan dengan kewajiban yang lain, karena kewajiban yang lain diturunkan di bumi melalui perantaraan malaikat Jibril, sedangkan kewajiban shalat langsung diterima Nabi dari Allah swt. Ini menujukkan kedudukan shalat di sisi Allah sangat mulia dan benar-benar merupakan sendi agama. Oleh karenanya Siapa yang menenggakkan Shalat berarti meneggakkan Islam dan siapa yang meninggalkan shalat berarti menghancurkan Islam. Dan orang yang sengaja tidak mau mengerjakan shalat termasuk orang-orang yang sangat sombong, mengapa ? Karena orang tersebut berarti tidak mau berterima kasih atau bersyukur kepada Allah swt yang telah memberikan rejeki begitu banyak padanya . Padahal bila diberikan sesuatu oleh manusia sedikit saja, kalau tidak mengucapkan terima kasih, rasanya malu. Mengapa kepada Allah tidak malu?
Hadirin yang berbahagia.
Shalat adalah Mi'rajnya setiap Mukmin kepada Allah swt. Dengan shalat itu dia bisa naik kehadapan Allah setiap hari, yang melepaskannya dari dunia manusia, dari apa yang mereka perebutkan, dari dunia kelalaian dan pekerjaan yang tak habis-habisnya.
Saat shalat itulah dia berdiri di hadapan Allah untuk bermunajat kepadanya, agar menjadi kuat dan tidak lemah dalam menghadapi cobaan, ujian, kesulitan dan krisis yang melanda bangsa dan negara maupun dirinya.
Shalat di sini merupakan bukti yang kuat dalam beragama, kekokohan iman dan konsisten atas kebenaran. Kekuatan diri dari setiap mukmin akan terbentuk dari shalat yang dilakukannya dan mukmin yang kuat lebih dicintai Allah, sesuai dengan sabda Nabi yang berbunyi :



Artinya : " Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah".( HR Ibnu Majah ).
Hadirin yang berbahagia.
Mungkin ada yang bertanya, ada orang yang rajin shalat, tapi mengapa shalatnya tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar , mulutnya masih saja ceriwis kesana ke mari, telpon sana telpon ke sini, hanya untuk menggunjingkan orang. Orang ini berarti tidak merasakan manfaatnya shalat dalam kehidupannya, dia tidak merasakan kenikmatan dari shalat yang dilakukannya, maka besar kemungkinan shalatnya belum diterima oleh Allah swt , hal ini di sabdakan oleh Rosulullah saw: " Pada hari kiamat nanti ada orang yang membawa shalatnya kepada Allah swt. Kemudian dia mempersembahkan shalatnya kepada Allah swt. Lalu shalatnya dilipat-lipat seperti dilipatnya pakaian yang kumal, kemudian dibantingkan ke wajahnya. Allah tidak menerima shalatnya "
Banyak sekali orang yang shalat dan shalatnya akan dibantingkan ke wajahnya, ditolak oleh Allah. Bahkan ada yang yang celaka dengan shalatnya. Seperti yang terdapat dalam firman Allah swt dalam surat Al Maa'uun : 4-5 :




Artinya : " Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat. Yaitu orang-orang yang melalaikan shalatnya ".
Nah orang-orang yang shalat saja masih bisa celaka, bahkan ketika Isra Mi'Raj Nabi bertemu dengan kaum yang dipecahkan kepalanya sampai hancur, siapakah mereka ? ( kita tunggu jawabannya dari anak SIM, sabar !)
Hadirin yang saya hormati.
Lalu apa tanda-tanda shalat yang diterima Allah swt? Jawabanya diberikan oleh Allah dalam hadist Qudsi . Allah berfirman :"Sesungguhnya Aku hanya akan menerima shalat orang-orang yang merendahkan dirinya-
karena kebesaran-Ku, menahan dirinya dari hawa napsu karena Aku yang mengisi sebagian waktu siangnya untuk berdzikir kepada-Ku, yang melazimkan hatinya untuk takut kepada-Ku, yang tidak sombong terhadap makhluk-Ku, yang memberi makan pada orang yang lapar, yang memberi pakaian pada orang yang telanjang, yang menyayangi orang yang terkena musibah, yang memberikan perlindungan kepada orang yang terasing. Kelak cahaya orang itu akan bersinar seperti cahaya matahari. Aku akan berikan cahaya ketika dia kegelapan. Aku akan berikan ilmu ketika dia tidak tahu. Aku akan lindungi dia dengan kebesaran-Ku. Aku akan suruh Malaikat menjaganya. Kalau dia berdoa kepada-Ku, Aku akan segera menjawabnya. Kalau dia meminta kepada-Ku, Aku akan segera memenuhi permintaannya. Perumpaannya dihadapan-Ku seperti perumpamaan syurga Firdaus".
Dari hadist qudsi diatas dapat kita ketahui bahwa tanda orang yang shalatnya diterima :
1. Merendah diri.
Para ulama mengatakan : "Kalau kita sudah berdiri di atas sajadah, sudah ,mengangkat tangan untuk takbir, ketahuilah bahwa kita sudah meninggalkan dunia ini, sudah meninggalkan Moskow, sudah meninggalkan planet bumi ini, sudah Mi'raj menghadap Allah swt . Seperti Rosulullah saw, kita sudah berada di Sidratul Muntaha"
Pada suatu hari orang melihat Imam Ali Zainal Abidin sedang berwudhu dan wajahnya berubah menjadi wajah yang pucat pasi. Tubuhnya gemetar. Ketika ditanya " Wahai Imam. apa yang terjadi ?" Imam Ali Zainal Abidin menjawab: " Engkau tidak mengetahui di hadapan siapa sebentar lagi aku berdiri". Ketika berwudhu Imam Ali Zainal Abidin menyadari sebentar lagi beliau akan berdiri dihadapan Robbul Alamin, Penguasa alam semesta ini. Karena itu, pada waktu wudhunya saaja beliau sudah gemeteran, sudah ketakutan., karena sebentar lagi mengahadap Allah.
2. Menahan napsu.
Orang yang diterima shalatnya oleh Allah mampu mengendalikan hawa napsunya. Pada hari kiamat nanti, Sabda Rosulullah, ada orang yang diistimewakan Allah, dilindungi khusus sebagai orang-orang penting pada hari kiamat.
Salah satunya adalah orang yang diajak kencan oleh seorang perempuan yang cantik, yang mempunyai pangkat yang tinggi, tapi dia menolaknya, seraya berkata," Aku takut kepada Allah swt" itulah contoh orang yang mampu mengendalikan hawa napsunya.
3. Banyak berdzikir.
Tanda ketiga orang yang shalat diterima adalah banyak berdzikir. Dalam Al qur'an kita tidak diperintahkan untuk banyak melakukan amal sholeh, tetapi disuruh untuk melakukan amal sebaik-baiknya, hal ini difirmankan Allah yang artinya : "Allah akan menguji kamu siapa yang paling baik amalannya " Jadi Allah akan menguji manusia, siapa yang paling baik amalannya(ahasanu amalan) dan bukan yang paling banyak amalannya (aksaru amalan). Lebih bagus lagi manusia itu banyak amalnya dan baik amalannya.
4. Solideritas sosial pada sesama.
Tanda yang lain dari orang yang shalatnya diterima adalah suka berderma dengan memberikan makanan kepada orang yang lapar atau memberikan pakaian pada orang yang tak punya, dia menyayangi orang yang terkena musibah dan memberikan perlindungan kepada orang yang terasing. Disinilah realisasi orang yang shalatnya diterima dan bila dikaitkan dengan negara kita yang sedang krisis, solideritas sosial dari yang mampu kepada yang tak punya sangat diperlukan.
Bila hal tersebut diatas sudah dilakukan, maka dari wajah orang yang shalatnya diterima akan memancarkan cahaya yang bersinar, cahaya yang menerangi kegelapan dan Allah akan memberikan ilmu pada saat dia tidak tahu.
Dalam hadist yang lain Rosulullah saw menyebutkan bahwa salah satu cara mendekatikan diri kepada Allah swt ialah bersipat dermawan dan senang membantu orang lain, terutama pada orang yang sedang kesulitan. Rosulullah bersadbda : " Orang yang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan manusia dan dekat dengan syurga sedangkan Orang yang bakhil jauh dari Allah, jauh dari manusia dan dekat dengan neraka"
Hadirin yang dicintai Allah.
Orang Dermawan insya Allah akan menemukan kenikmatan di dalam shalatnya, dia akan memperoleh kenikmatan didalam shalatnya, karena dia di jaga oleh para Malaikat, diberi cahaya dalam kegelapan dan diberi ilmu secara langsung oleh Allah masuk kedalam hati sanubarinya.
Pada saat peperangan di Jaman Rosulullah banyak morang yang Yahudi yang dihukum mati,. Ketika seorang tawanan mau dihukum mati, tiba-tiba malaikat Jibril datang memberi tahu rosulullah, supaya orang Yahudi itu dibebaskan. Diberitahukan bahwa orang Yahudi yang satu ini suka memberikan makanan, manjamu tamu dan suka menolong fakir miskin. Katika Rosullah datang memberitahukan kepada orang Yahudi itu bahwa dia-
dibebaskan, dia bertanya : Mengapa?" Nabi menjawab " Allah baru saja memberitahukan padaku bahwa kamu suka membantu orang miskin, suka menjamu tamu dan suka memikul beban orang lain" Orang yahudi itu berkata " apakah tuhanmu menyukai perilaku itu ? " Nabi manjawab;" Betul, Tuhanku menyukai hal itu" Waktu itu juga orang yahudi itu memeluk Islam. Dia memeluk Islam karena sifat kedermawanannya dicintai Allah swt.
Orang yang suka memberikan pertolongan, tidak mempersulit orang lain, tidak menahan hak orang lain dan memudahkan urusan orang lain Insya Allah akan memperoleh kenikmatan dalam shalat dan orang yang merasakan kenikmatan dalam shalat adalah salah tanda bahwa shalatnya diterima dan orang yang shalatnya diterima Allah niscaya Allah menyintainya dan orang dicintai Allah akan terbukalah baginya segala pintu langit dan bumi, terbukalah segala macam dinding penghalang, terbukalah segala macam selubung kegelapan yang melanda jiwanya. Nur Allah masuk kedalam hatinya, Cahaya Allah masuk kedalam jiwanya dan terbentuklah jiwa yang mut'mainnah, jiwa yang tenang, jiwa yang ridho dan diridhoi olehNya. Jiwa yang semacam ini tidak takut pada segala macam krisis yang melanda, tidak takut kehilangan jabatan yang fana, tidak takut pada kedudukan yang nestapa, tidak takut kekacauan duniawi, tidak takut hinaan, cacian, makian, ujian, cobaan dsb yang dia takuti cuma Allah, Allah dan Allah
Hadirin yang berbahagia.
Bila dihati orang yang shalatnya diterima hanya semata-semata Allah,maka tak ada lagi kesempatan untuk membenci, mengunjingkan, iri, dengki dan hasud pada orang lain, bahkan memusuhi setanpun dia tak sempat! Seperti yang dikatakan oleh wanita sufi Rabi'ah Al adiyah : " Hatiku sudah penuh dengan Allah, tak ada tempat lagi untuk memusuhi setan!"
Orang yang merasakan nikmatnya shalat, tidak akan memusuhi, membenci dan mengutuk siapapun, karena dia bukan pencipta dan pemberi rejeki kepada siapapun. Dia tidak sekali kali meremehkan seseorang, karena dia mengetahui banyak kekasih Allah berasal dari orang yang dianggap hina dina. Orang yang merasakan nikmatnya shalat, bila dia punya jabatan, jabatannya akan dipergunakan untuk mendekati Allah, diajak bawahannya untuk mengabdi kepada Allah, karena dia mengetahui jabatan itupun sebenarnya bukan miliknya,tapi amanat Allah yang dititipkan kepadanya.Yang nantinya dimintai pertanggung jawaban dihadapan Illahi robbi. Makanya ketika Umar Bin Khattab di pilih menjabat khalifah, Presiden kalau sekarang, dia tidak menyebut " Alhamdulillah" tapi " Astagfirullah" dia mohon ampun kepada Allah, mengapa ? karena yang terbayang dimatanya -
bukan kursi empuk dengan berbagai macam fasilitas yang diterimanya, tapi amanat Allah, tanggung jawab kepada Allah itulah yang terbayang dalam pikiranya, bisakah dia mengemban amanat yang dipikulkan kepadanya? bisakah dia berlaku adil kepada bawahannya? bila tidak, nerakalah tempatnya dan pemimpin yang tidak adil termasuk orang yang tidak dilihat oleh Allah di akherat nanti dan tidak mendapat ampunan Allah. Orang-orang yang diperlakukan tidak adil akan mengadukan hal tersebut kepada Allah dan Allah akan menjawabnya! inilah yang ditakutkan oleh Umar bin Khatab sebagai pemimpin. Umar bin khattab adalah salah satu contoh orang yang sudah merasakan nikmatnya shalat, bahkan dalam shalatpun dia suka menangis, menangisi segala dosa-dosa yang pernah dilakukannya.
Hadirin yang berbahgia.
Sebelum mengakhiri kajian singkat ini, Mari kita bertanya pada diri kita sendiri, sudahkan kita shalat dengan benar?, sudahkah sujud kita, rukuk kita, tuma'ninah kita benar? Mari kita sempurnakan shalat kita dengan sebenar-benarnya, sehingga shalat kita menjadi khusu', insya Allah shalat yang penuh dengan kekhusu'an dan keikhlasan akan diterima oleh Allah swt. Amin. Dan bagi yang belum juga terpanggil hatinya untuk melakukan shalat, saya mengajak dan segala kerendahan hati, marilah shalat, marilah mencapai kemenangan, hayya alashalat, hayya alal falah. Mau kapan lagi?, usia semakin tua, umur semakin berkurang, apa yang engkau cari wahai saudaraku? Masih tidak cukupkah rejeki yang engkau terima dari Allah? Tidak cukupkah gaji yang engkau terima? Mengapa engkau lupakan Allah?
Padahal Allah telah begitu banyak memberi padamu dan Dia tidak mengaharapkan apa-apa darimu, lalu mengapa engkau berpaling wahai saudaraku? Kalau pakai bahasa Nabi, Ummati....ummati....ummati, ummatku... ummatku... ummatku. Shalat .....Shalat .....shalat !!!
Sekian, terima kasih. Lebih kurangnya mohon maaf.
Wabillahi taufik wal hidayah
Wassalamu alaikum Warohmatullohi wabarokatuh.





Moskow, 27 Rajab 1419 H
16 Nopember 1998

7

Hatiku hatimu hati kita hati-hati


Hati-hatilah kamu , karena tidak setiap kebaikan mendapat pahala. Namun setiap kejahatan adalah dosa , Dan setiap kebaikan yang bukan karena Allah adalah sia- sia !

Tidak penting engkau berada di mana, yang penting apa yang bisa engkau perbuat dan jika engkau “ dipanggil “ Allah besok atau entah kapan, ada tidak bekas yang engkau tinggalkan, ada tidak amal kebajikan yang engkau bawa ? itu yang penting !

Di luar negeri manapun , kamu tetap berada di Bumi Allah, Di luar negeri manapun engkau tetap berada dalam jangkaun-Nya, di luar negeri manapun kamu tak akan keluar dari bumi Allah.

Diamlah di mana saja bersama Allah
Pergilah kemana saja bersama Allah
Berangkatlah dari Allah menuju Allah
Awal dan akhir perjalananmu adalah Allah
Kemanapun kamu menghadap ada Allah
Allah di sini, di sana dan di mana-mana.

Bekerjalah dengan niat mencari ridho Allah, jangan kamu berputus asa terhadap rakhmat Allah, yakinlah Allah tidak akan menyia-nyiakan orang yang beriman, bertaqwa dan beramal shaleh! Dan bagi orang yang beriman di puji dan di hina, di cintai dan di benci, di sayangi dan di khianati, di beri dan dia ambil, di salami dan di dzalimi, di sanjung dan di maki-maki, di senangi dan di marahi baginya sama saja , tak merubah imannya kepada Allah swt !!!

Berkurbanlah karena Tuhanmu


Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Hadirin jemaah Idil Adha rohimakumullah.
Maha besar Allah, Segala puji bagi Allah, Maha suci Allah pagi dan petang, tiada Tuhan kecuali Allah, yang janjinya selalu benar, yang memberikan batuan dan santunan kepada hamba-hamba-Nya, yang memuliakan barisan pengawal-Nya, yang menghancurkan musuh-musuh-Nya. Tiada Tuhan melainkan Allah, kami tidak mengabdi kecuali kepada-Nya, sekalipun orang musyrik tidak menyukainya.
Selawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Besar Muhammad saw beserta keluarga dan sahabatnya, juga bagi orang-orang yang mengikuti ajarannya.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamd.
Baru saja kita selesai melaksanakan Idul Adha berjemaah dan mulai tadi subuh bahkan ada yang sejak terbenam matahari mengumandangkan takbir, tahmid, tahlil dan bergema dipenjuru dunia terutama bagi saudara-saudara kita yang sedang menunaikan ibadah haji di Tanah Suci Mekah. Asma Allah terdengar di mana-mana membelah angkasa raya, kita memuji, memuja, menyanjung dan membesarkan nama-Nya, Allahu Akbar.
Saudara-saudara kita yang sedang menunaikan ibadah haji, pada hari ini sedang berjuang di jalan Allah untuk melontar jumroh , setelah niat dan berpakaian Ihrom dari miqot menuju Arafah untuk Wukuf kemudian bermalam di Muzdalifah sambil mencari batu untuk melontar ketiga jumroh pada hari ini dan setelah itu tawaf ifadah dan melakukan sa’i lalu bercukur maka selesai rukun haji mereka, tinggal wajib haji dan sunnat haji yang mereka kerjakan. Dan bila semua mereka kerjakan sesuai dengan tuntunan syariat. Sempurnalah Haji mereka dan Insya Allah mendapat Haji yang mabrur yang tidak ada balasannya, kecuali Syurga. Dan melalui mimbar yang mulia ini, kami menghimbau bagi yang belum memenuhi panggilan Nabi Ibrohim untuk menunaikan Ibadah Haji di tahun-tahun yang akan datang, marilah segera memenuhi panggilan yang mulia ini, panggilan dari Yang Maha Agung , Yang Maha Rahman dan Maha Rahim, Dialah Allah swt .
Bila ada yang merasa belum pantas atau takut melakukan ibadah haji karena merasa masih banyak dosa-dosa, justru di tanah suci itulah kita mohon ampun sebanyak-banyaknya atas segala kekhilafan, kesalahan dan dosa-dosa yang pernah kita lakukan. Ingat, Kota suci Mekkah bukan penjara untuk menghukum orang-orang yang berdosa, tapi di sana ada Baitullah, rumah Allah, tiada yang tempat yang paling mulia kecuali Masjidil haram.

Dan orang yang shalat di Masjidil Haram, Menurut Nabi Muhammad saw, sama nilainya dengan shalat 100.000 kali shalat di masjid-masjid lain. Dan bila kita kembali dari tanah Suci sebagaimana hadis Nabi mengatakan “Akan kembali seperti bayi yang baru dilahirkan Ibunya, Suci kembali dan diampuni segala dosa-dosanya “
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Hadirin yang dimuliakan Allah.
Sebagaimana kita ketahui Idul Adha disebut juga Idul Qurban yang mengingatkan kita kepada suatu peristiwa yang melukiskan satu kesediaan memberi kurban yang lebih tinggi dan lebih besar nilainya. Bukan semata-mata pengorbanan kesenangan harta benda, tetapi pengorbanan nyawa yang dilakukan oleh nabi Ibrohim as beserta putranya nabi Ismail as yang dilukiskan dalam Al Qur’an Surat As Shaffat : 102 yang berbunyi :



Artinya : “ Wahai anakku, aku lihat dalam mimpiku bahwa aku akan menyembelihmu sebagai kurban. Sekarang katakanlah(wahai anakku) bagaimana pendapatmu “
Dan Ismail menjawab :



“Wahai Ayahku, kerjakanlah apa yang diperintah kepada Ayah, Insya Allah Ayahanda akan mendapati ananda tergolong orang-orang yang sabar “
(As Shaffat : 102).
Hadirin sekalian dalam firman Allah di atas, tergambar sebuah fakta sejarah yang terus menerus diulang sepanjang tahun dan akan terus menerus diulang selamanya, karena kisah sejarah yang diabadikan Al Qur’an ini adalah kisah yang amat tulus ikhlas dari hamba Allah yang sangat patuh akan perintah Allah, sampai-sampai untuk mengorbankan anak sendiripun dilakukannya, asal itu perintah Allah. Demi cintanya kepada Allah, tak ada kata penolakan dari hamba yang setia dan sabar ini, tak ada kata protes oleh hamba yang ikhlas ini, tak ada kata yang keberatan terhadap perintah Allah yang menurut akal mungkin tidak dapat diterima, seorang Ayah menghorbankan anaknya, seorang Ayah diperintahkan menyembelih anaknya sendiri. Inilah contoh konkrit bagi hamba yang sholeh, mengapa ?


Karena bagi orang yang sholeh untuk semua perintah Allah hanya ada satu jawaban : “Sami’na watho’na” Kami dengar dan kami patuhi Dan kebalikan bagi hamba yang fasik adalah “ Sami’na wa asyoina “ Kami dengar dan kami langgar “.
Hamba yang sholeh seperti yang dicontohkan Nabi Ibrohim as dan Nabi Ismail as kisahnya akan relevan terus sepanjang hidup manusia, karena sepanjang hidup manusia akan terus menerus menemukan dua istilah kurban yaitu berkurban dan dikurbankan.
Tinggal kita pilih yang mana diantara dua itu, berkurban atau dikurbankan. Kalau berkurban, berarti siap mengeluarkan, mengimfakan, mensedekahkan, mengeluarkan zakat bagi harta yang kata miliki, siap mengurbankan harta untuk menunaikan ibadah haji, siap mengeluarkan harta di jalan Allah dan harta itu pada hakekatnya memang milik Allah yang diamanatkan pada kita . Dengan semangat berkurban, tergambar lagi bagi manusia bahwa seluruh kegiatan yang dilakukannya semata-mata ibadah kepada Allah. Sesuai dengan ikrarnya yang dibacakan setiap shalat :




Artinya : “ Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam “
Jadi, jangankan untuk berkurban seekor kambing atau seekor sapi, yang nilainya demikian kecil dibandingkan dengan harta yang telah ditabungnya, hidup dan matipun akan dilakukan demi Allah semata! Itu bagi orang-orang yang sholeh yang paham betul bahwa rejeki yang diterimanya itu berasal dari Allah dan dibelanjakan untuk di jalan Allah. Berbagi rejeki dengan orang-orang yang tak punya, berbagi rejeki dengan orang-orang fakir, berbagi rejeki dengan orang yang jarang makan daging bukan karena fegetarian, tapi memang tak mampu membeli daging ! Bahkan untuk membeli sembilan bahan makanan pokok pun bagi mereka sudah kewalahan. Dan untuk kondisi sekarang di Indonesia semangat ibadah qurban mesti dilipatgandakan, karena sudah sama-sama kita ketahui, bahwa banyak saudara-saudara kita di tanah air yang kekurangan dan kemiskinan, bukan karena males dan tak mau bekerja, tapi situasi dan kondisilah yang menyebabkan mereka demikian . Maka kita yang berada di sini, di luar negeri, di KBRI Moskow, yang telah diberikan kelebihan rejeki oleh Allah berupa manisnya dollar untuk berkurban bagi fakir dan miskin di tanah air.

Bagi mereka yang mampu berkurban tapi tidak mau melaksanakannya maka Nabi memberi peringatan melalui sabdanya:


Artinya : “ Barang siapa yang mampu berkurban tapi tidak mau berkurban maka janganlah ia mendekati tempat kami sholat “ (HR Ahmad dan Ibnu Majah )
Mengapa berkurban disyariatkan Islam? Salah satu hikmahnya adalah menghilangkan sipat kikir, sipat pelit yang cenderung dialami oleh orang-orang kaya, orang-orang yang punya harta, orang-orang yang suka menumpuk kekayaan dan orang-orang toma’ orang yang serba kurang padahal uangnya sudah banyak , tidak pernah mau bersyukur atas pemberian Allah yang telah diterimanya dan selalu mengeluh kurang-kurang dan kurang. Karena yang dilihatnya selalu yang di atas, bukan yang dibawah, makanya tidak pernah puas terhadap harta yang diterimanya. Padahal Nabi mengajarkan “ Bila urusan dunia, lihat yang dibawahmu dan bila urusan akherat, lihatlah yang diatasmu “ Maka orang yang semacam ini akan mudah bersyukur kepada Allah terhadap rejeki yang diterima betapapun kecilnya, hidupnya akan tenang dan bahagia penuh limpahan rakhmat dan ridho Allah, karena menyadari bahwa Allah telah memberikan rejeki tak terhitung banyaknya.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Hadirin yang dimuliakan Allah.
Nilai qurban lebih terlihat pada orang yang sedang melakukan ibadah haji, karena ibadah haji adalah ibadah badaniyah, ruhaniyah dan maliyah. Ibadah Haji perlu pengorbanan yang lebih banyak dan lebih besar, baik dari segi harta, tenaga, waktu, kamauan dan kemampuan, Karena Haji memang Ibadah yang serba besar, serba akbar ! terutama untuk segi biaya yang cukup besar, Namun tidak semua jemaah haji itu orang kaya . Sebagian terbesar dari mereka justru orang yang mempunyai penghasilan biasa-biasa saja, tapi karena ibadah haji telah menjadi cita-cita hidup yang ingin dicapainya sebelum berpulang kerakhmatullah, ada yang sampai menabung tidak kurang dari 30 tahun ! Baru bisa menunaikan ibadah haji ! Allahu Akbar ! Maka betapa malunya kita-kita yang berpenghasilan lebih dari cukup untuk ukuran orang biasa, yang mempunyai gaji lebih besar, yang bisa bolak balik ke luar negeri tapi tidak berniat untuk mengunjungi rumah Allah di tanah Suci Mekkah. Betapa malunya kita, uang simpanan sudah bertumpuk-tumpuk di Bank tapi belum juga terpanggil untuk menunaikan ibadah haji !

Betapa malunya kita pada Allah yang telah melimpah rejeki pada kita, tapi kita tidak mau mengunjungi-Nya di Baitullah. Padahal Nabi sering kali memperingatkan melalui hadistnya : “ Barang siapa yang mampu dan tidak mau melakukan ibadah haji, maka bila dia mati, matinya seperti yahudi atau nasrani “
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd.
Bagi yang sudah menunaikan ibadah haji, itupun baru melakukan syiar agama, belum hakekat agama. Artinya, bila sudah melakukan ibadah haji, tapi tingkah laku dan perbuatan serta sipat-sipatnya tidak menujukkan bahwa dia pernah melakukan ibadah haji atau sama saja ketika dia belum haji, sangat disayangkan .Untuk itu mari kita perhatikan epilog Naser Khosrow seorang penyair dari Parsi tentang ibadah Haji berikut ini :
“ Ceritakan kepadaku bagaimanakah engkau telah menunaikan ibadah haji, bagaimana engkau telah memuliakan tanah suci. Setelah melepas pakaian dan hendak mengenakan ihrom, disaat hati bergelora itu apa niatmu, telah engkau tinggalkan sesuatu yang yang seharusnya engkau tinggalkan ? Telah engkau tinggalkan sesuatu yang lebih hina dari Allah Yang Maha Besar ? Tidak. Apakah engkau telah menyerukan”Lebbaika” dengan sempurna dan penuh takzim ? Tidak. Apakah engkau telah mendengar seruan Allah ? Tidak. Apakah engkau telah patuh dengan kepatuhan Ibrohim ? Tidak. Ketika berada di Arafah, ketika sedemikian dekatnya kepada Allah Yang Maha Besar, sampaikah engkau berkenalan dengan Dia? Tidak. Ketika engkau memasuki Ka’bah tidakah engkau membuang kepentingan untuk diri sendiri ? Tidak. Ketika berdiri di makam ibrohim, apakah engkau berdiri semata karena Allah ? Tidak. Ketika melakukan tawaf keliling Ka’bah, tidak ingatkah engkau bahwa semua Malaikat senantiasa tawaf mengelilingi bumi ? Tidak. Ketika berlari-lari diantara sofa dan marwa, tidakah engkau menjadi suci dan bersih ? Tidak. Ketika kembali dari Mekkah adakah rindumu pada Ka’bah? Tidak. Tidakah egomu terkubur di sana ? Tidak. Tidakah engkau ingin pergi lagi ke sana ? Tidak. Semua pertanyaanku, kau jawab Tidak! Semua yang aku pertanyakan tidak satupun yang engkau mengerti . Maka aku berkata: Wahai sahabat! Sesungguhnya engkau belum menunaikan ibadah haji, sesungguhnya engkau belum taat kepada Allah. Memang engkau telah pergi ke Mekkah untuk mengunjungi Ka’bah, tapi engkau belum menuaikan ibadah haji ! Demikian epilog panjang dari Naser Khosrow . Semoga menjadi perhatian bagi yang sudah dan yang akan menunaikan ibadah haji ditahun-tahun mendatang.


Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamd.
Hadirin yang berbahagia
Hari raya haji disebut juga hari raya qurban, karena haji disamping ibadah sarat dengan pengurbanan daya, tenaga dan harta, pada hari yang mulia ini kita yang tidak atau belum sempat melaksanakan ibadah haji diberi kesempatan oleh Allah untuk turut melatih berkurban dengan menyembelih hewan. Sekalipun nilai materil harga hewan qurban itu itu jauh lebih kecil dibandingkan dengan ONH, tetapi secara immateril dan maknawi, nilai ibadah maupun nilai muamalahnya besar. Apalagi dalam situasi di Tanah Air kita yang memprihatinkan, nilai qurban kita akan bertambah maknanya.
Dengan ibadah qurban akan terjadi proses interaksi dan intergrasi antara kaum aghnia(kaya) dan dhu’afaa (miskin), membentuk satu masyarakat yang diliputi suasana saling pengertian dan saling mengasihi. Jika para qurbani merasa berbahagia karena tel;ah melaknasakan perintah Allah atas dasar iman dan taqwa, maka kaum fuqoro pun merasa gembira karena mendapat santunan daging qurban. Kedua belah pihak berkedudukan sama di sisi Allah. Si pemberi dan si penerima berkerja sama dalam rangka ibadah. Dan memang dalam ajaran Islam setiap aspek kehidupan, apapun namanya bila diniatkan karena Allah akan bernilai ibadah. Dan pengertian ibadah yang seringkali kita persempit artinya dengan hanya pada aktivitas ritual saja, itu sebenarnya membahayakan kita. Padahal pengertian ibadah itu amat luasnya, mulai dari yang terdapat dalam rukun Islam yang lima sampai paling kecil menyingkirkan duri di jalanan dan menampakan wajah pada saudara kita dengan senyum, Itu pun ibadah.
Tak ada satupun aspek dari kehidupan kita yang keluar dari konteks ibadah, sebab ibadah itu merupakan tujuan hakiki dari penciptaan manusia di muka bumi ini, sesuai dengan firman Allah yang berbunyi : “Wama kholaktul jinna wal insya illa liya’buduun”. Artinya :” Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”
Seluruh aktivitas kehidupan ini merupakan ibadah yaitu mencangkup aktivitas jiwa, seluruh aktivitas akal dan seluruh aktivitas fisik, selama aktivitas-aktivitas itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapat ridho Allah. Dengan demikian tidak ada aspek yangt tertutup bagi ibadah dalam kehidupan seorang muslim, ia terus menerus beribadah dalam setiap keadaan, diam dan geraknya mengandung nilai ibadah. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Imron : 191




Artinya : “ Yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau berbaring “
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamd
Hadirin yang berbahagia.
Dalam Islam terlihat jelas macam-macam ibadah. Misalnya, Shalat adalah ibadah harian yang diulang-ulang secara kontinyu, sebanyak lima kali sehari semalam. Puasa adalah ibadah tahunan yang dilakukan pada waktu tertentu di bulan ramadhan selama satu bulan penuh. Shalat Jum’at adalah ibadah mingguan guna mepererat silaturahmi pada saudara sesama muslim. Zakat adalah ibadah musiman atau bebarapa musim dalam satu tahun guna mensucikan manusia dari sipat kikir dan membiasakan memberi sesuatu yang bernilaikan moral maupun materi, Sedangkan haji adalah ibadah satu musim untuk seumur hidup satu kali. Dan berkurban adalah ibadah dengan cara menyembelih kambing, sapi, kerbau atau onta untuk fakir miskin. Di luar itu semua ada berbagai macam aspek kehidupan berisi ibadah. Ibu rumah tangga melayani suami dan anak-anaknya, ibadah. Suami bekerja di kantor untuk nafkah anak istrinya, ibadah. Anak sekolah belajar menuntut ilmu, ibadah. Pedagang menjual daganganya, ibadah. Bawahan patuh pada pimpinannya, ibadah. Pimpinan berlaku adil pada bawahan, ibadah. Bermacam-macam kegiatan olah raga ibadah, kalau niatnya menjaga kesehatan, sehingga tidak terganggu ibadahnya kapada Allah. Bicara dan bergaul, kalau niatnya bersilaturahmi adalah ibadah. Rekreasi pun ibadah, kalau niatnya menghilangkan kejenuhan sehari-hari dan melihat kebesaran Tuhan di muka Bumi ini. Jelas semua aspek khidupan kita tidak lepas dari kegiatan ibadah, karena seluruh gerak gerik kita ada di bawah pengawasan Illahi Robbi, Allah Maha mengetahui apa yang kita kerjakan. Dan bila kesadaran ini tumbuh disetiap hati orang yang mengaku beriman, insya Allah limpahan rakhmat, karunia dan rejeki-Nya akan ditambahkan pada kita semua. Dan Allah akan memberikan kemenangan dan kejayaan bagi Ummat Islam.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Hadirin jemaah Idul Adha yang berbahagia.
Jika seluruh kehidupan kita yaitu ummat Islam berorientasi pada rela berqurban dan berorientasi pada ibadah, bukan kepada materi semata, Ummat Islam akan mencapai puncak kejayaan dan kemenangan, tapi bila aktivitas-aktivitas itu secara berangsur-angsur bergeser dari nilai qurban dan nilai ibadah, maka ummat Islam mulai turun dari puncak kejayaannya.



Maka jadilah Ummat Islam kacau balau, mudah dipecah belah, mudah diadu domba oleh berbagai kekuatan yang memang tidak menginginkan kejayaan dan kemenangan ummat Islam di muka bumi. Untuk itu dalam kesempatan yang berbahagia ini, dalam kesempatan idul Adha yang mulia ini, mari kita bertanya pada diri kita masing-masing, apakah yang telah kita perbuat untuk Islam, apakah yang telah kita lakukan untuk kejayaan dan kemenangan Islam ? Apa yang telah kita qurbankan untuk Islam ? Jangan tanyakan apa yang telah kita dapatkan dari Islam. Allah tidak akan pernah menyalahi janji-Nya. Karena Allah berfirman: “ Jika Engkau menolong agama Allah, niscaya Allah akan menolongmu !” Jangan tanyakan Apa yang Allah berikan pada kita, Yang jelas Allah telah begitu banyak memberi pada kita, dan kalau kita mau menghitung pemberian-Nya, kita tak akan sanggup menghitungnya. Tapi kitalah yang ditanya oleh Allah, Apa yang telah kita berikan pada Allah, pada agama yang di ridhoi Allah yaitu Islam ? Apa yang telah kita perjuangkan demi kemenangan kejayaan dan syiar Islam ? Marilah melalui mimbar yang mulia ini, kami mengajak semua hadirin untuk memperjuangkan, mensyiarkan, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui ibadah haji, ibadah qurban dan seluruh aspek khidupan dengan kegiatan yang bernilai ibadah. Mari dengan posisi dan propesi masing-masing, kita syiarkan Islam dalam kehidupan sehari-hari. Kita niatkan dalam hati, dalam pembicaraan, dalam perbuatan dan dalam pergaulan sehari-hari semua karena ibadah, semata hanya karena Allah. Insya Allah, kita semua akan mendapat taufik, hidayah, rakhmat dan ridho Allah.
Marilah pada hari raya Idul Adha yang mulia ini kita pererat hubungan kita dengan Illahi, sumber dari segala sumber kabahagian, marilah kita pupuk kembali sipat rela berkurban demi cita-cita yang lebih tinggi yaitu mendapat limpahan ampunan dan ridho Allah swt. Mari kita renungkan dan kita laksanakan Firman Allah swt dalam surat Al Kautsar 1-2 :




Artinya : “ Sesungguhnya Kami telah memberikan padamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah “





Mari kita berdoa dengan penuh keikhlasan dan kekhusuan, Insya Allah Doa kita dikabulkan-Nya. Amin.
Allahumma ya Allah. Engkau Mha tahu apa yang terang dan tersembunyi di hati kami. Kami berserah diri kepada-Mu. Ampunilah kami ya Allah, ampuni dosa-dosa dan kesalahan kami, dosa Bapak dan Ibu kami, dosa guru-guru kami, dosa para pemimpin kami.
Wahai Nur Yang Maha Suci. Wahai Junjungan Kami, kami tidak mampu menanggung dosa dan noda yang kami perbuat. Mak ya Allah, jika engkau tidak mengampuni kami, maka celakalah kami dan kami termasuk orang-orang yang merugi.
Ya Allah ya Tuhan kami, junjungan kami, pelindung kami, berilah kami kekuatan, ketabahan, kesabaran dan keteguhan iman dalam menghadapi segala cobaan dan ujian yang datang dari-Mu.
Ya Allah kami bersimpuh dihadapan-Mu, di tengah-tengah keprihatinan Bangsa kami, ditengah-tengah krisis ekonomi, ditengah-tengah krisis moneter, ditengah-tengah krisis kepercayaan, ditengah-tengah merosotnya kejujuran dan keadilan yang melanda bangsa dan negara kami, ditengah-tengah hati yang galau, ditengah-tengah perasaan yang was-was menghadapi segala ketidak pastian guna memohon petunjuk dan hidayah-Mu, agar bangsa dan negara kami dapat segera pulih dari segala macam marabahaya yang sedang malanda.



Ya Allah ampunilah orang-orang yang tiada memiliki apapun, kecuali doa. Ampunilah orang-orang yang modalnya hanya mengharap ridho-Mu. Ampunilah orang-orang yang pakaianya hanya iman dan ketaqwaan. Ampunilah orang-orang yang kendaraan hanya keyakinan kepada-Mu. Ampunilah orang-orang yang hartanya hanya dzikir. Ampunilah orang yang senjatanya hanya ibadah.
Ya Allah, jauhkanlah bangsa dan negara kami dari perpecahan dan kehancuran, dari rasa gelisah, kwatir dan penuh dengan ketakutan. Engkaulah tempat bermohon dan berlindung, maka lidungilah kami dari segala macam malapetaka dan bencana. Dan jadikanlah kami orang yang sabar bila tertimpa musibah dan orang pandai bersyukur bila mendapat nikmat. Amin.

Sekian, terima kasih atas perhatiannya.
Lebih kurangnya mohon maaf.
Wabillahi taufik walhidayah
Wassalmu alaikum warokhmatullohi wabarokatuh.


Moskow, 10 Dzulhijjah 1419 H
28 Maret 1999 M

37 Jalan ke Neraka



HAI ORANG-ORANG YANG BERIMAN
JAGALAH DIRIMU DAN KELUARGAMU
DARI API NERAKA

Berikut ini adalah jalan-jalan menuju ke neraka :
1. Menyekutukan Allah
2. Meninggalkan shalat fardlu
3. Menolak mengeluarkan zakat
4. Tidak berpuasa di bulan ramadlan
5. Tidak mau menunaikan ibadah haji
6. Durhaka kepada orang tua
7. Berzinah, homo sex, lesbian dll
8. Memakan harta riba dan tidak halal
9. Berlaku sombong, ria, dusta, khianat, menipu dll
10. Membuat kesaksian palsu
11. Meminum minuman keras
12. Berjudi, mencuri, menyuap, mengutuk, mengadu domba, mencaci maki dll
13. Berbuat dzolim dan membantu perbuatan dzolim
14. Bunuh diri dan membunuh dengan sengaja
15. Mengasuh keluarga dalam perbuatan dosa
16. Menyembunyikan ilmu
17. Percaya kepada dukun dan tukang ramal
18. Melampaui batas-batas agama
19. Menentang kebenaran
20. Mengurangi timbangan dan takaran
21. Merasa aman dari kemurkaan Allah
22. Meninggalkan shalat jum’at tanpa sebab
23. Menyiksa dan menyakiti sesama muslim, tetangga, orang lemah, binatang dll
24. Mendengarkan dan membeberkan rahasia orang
25. Menyerupai lawan jenis
26. Pemimpin menipu rakyat
27. Hakim yang durhaka
28. Berpakaian berlebih-lebihan
29. Nusyuz istri pada suaminya
30. Menuduh orang baik berbuat zinah
31. Mengungkit pemberian
32. Mengingkari takdir Allah
33. Bakhil dan kikir
34. Memakan harta anak yatim dengan cara dzolim
35. Sirik, dengki, hasud, fitnah, menggunjingkan orang dll
36. Dendam dan pemarah
37. Berkata, berpikir, berbuat kotor dll

Mensucikan diri adalah bagian anak tangga menuju Illahi


MENSUCIKAN DIRI ADALAH BAGIAN ANAK TANGGA
MENUJU ILLAHI
Khutbah Idil Fitri, 1 Syawal 1419 H/19 Januari 1999 M, KBRI Moskow.


Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilham.
Kaum Muslimin dan Muslimat Rahimakumullah.

Alhamdulillah, kita panjatkan ke hadirat Illahi Robbi yang telah memberikan nikmat-Nya, sehingga kita bersama-sama dapat melakukan shalat Idil Fitri di ruang Pancasila KBRI Moskow di tengah-tengah cuaca musim dingin. Insya Allah Puasa dan shalat Idul Fitri yang kita jalankan sekarang ini adalah Puasa dan shalat Idil Fitri yang terakhir di abad 20 Masehi, Karena insya Allah di tahun depan jika Allah masih memberikan umur panjang, kita akan Puasa dan shalat Idil Fitri di Abad yang baru, abad ke 21.
Shalawat dan salam kita tujukan bagi Nabi Muhammad saw berserta sahabat dan keluarganya serta orang-orang yang tetap mengikuti dan mensiarkan ajaranya. Apapun rintangan, ujian dan cobaannya akan dihadapinya dimanapun dan kapanpun mereka berada.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilham.
Pada hari ini ummat Islam di seluruh penjuru dunia serempak mengaggungkan asma Allah, seraya mengumandangkan takbir, tahmid dan tahlil. Sehingga langit disekitar kita gemuruh dengan suara takbir yang bersahut-sahutan, yang diucapkan oleh manusia-manusia yang beriman dan malaikat serta seluruh makhluk-Nya dengan caranya masing-masing. Hari ini kita-jutaan ummat Nabi Muhammad saw-bergerak, bertasbih, bersujud dan bertakbir bersama.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, allahu Akbar Walillahilham.
Ya Allah, hari ini Engkau saksikan ummat yang sering bercerai berai berpadu memuji keaggungan-Mu. Hari ini, ummat yang sering melupakan-Mu, datang bersimpuh di hadapan-Mu. Hari ini, ummat yang sering mengabaikan firman-Mu berusaha untuk kembali kepada-Mu. Ya Allah, Ya Robbana, Ya Tuhan kami, inilah hamba-hamba-Mu yang lemah, yang mudah terseret hawa napsu, yang seringkali diperbudak dunia, yang bergelimang dosa.

Inilah kami Ya Allah, yang sering membanggakan dosa-dosa dengan tidak mau bertobat kepada-Mu, yang suka menghina orang-orang yang menyampaikan dan mensiarkan ajaran-Mu, yang sering melecehkan ajaran-Mu, yang sering tertawa di atas penderitaan orang lain, kami kembali kepada-Mu, kami kembali berserah diri pada-Mu, terserah pada-Mu jua ya Allah, apakah Engkau terima pengakuan dosa kami atau Engkau timpakan murka-Mu pada kami. Ya Gahaffur, ya Rahman, ya Rahim. Wahai Sang Pengampun, Wahai Sang Pengasih, Wahai Sang Penyayang, ampunillah kami, kasihanilah kami dan sayangilah kami.

Hadirin yang berbahagia.
Hari ini kita sebut Idil Fitri- kembali kepada Fitrah, kembali kepada kesucian. Satu bulan kita berusaha membersihkan diri kita, membersihkan mulut kita dari hal-hal yang buruk dengan hanya berkata yang baik-baik atau diam, membersihkan kalbu kita dari niat yang buruk, dendam, benci, iri hati dan penyakit hati lainnya; membersihkan kehormatan kita dari maksiat , dosa dan kefasikan; dan akhirnya mensucikan harta kita dari barang haram dan syubhat dengan mengeluarkan zakat fitrah dan zakat harta kekayaan atau zakat mal. Satu bulan penuh kita puasa, puasa adalah latihan penyucian diri, proses membersihkan diri .
Seperti sabda rosulullah saw:



"inilah bulan ramadhan yang pada awalnya kita sebarkan kasih sayang/Rakhmat, pada pertengahannya kita taburkan ampunan/Magfiroh dan pada akhirnya kita membersihkan diri dari api neraka\idkum minannar" maka tibalah kita di hari raya Idil Fitri, hari dimana dihapusnya seluruh dosa-dosa yang pernah kita lakukan, bersih kembali seperti bayi yang baru lahir. Ini adalah hari yang penuh kesucian dari orang-orang beriman yang memang menginginkan kesucian lahir dan batin, yang dipupuknya sejak awal ramadhan dan buahnya akan terlihat setelah berakhirnya bulan ramadhan sampai ramadhan berikutnya.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilham.
Kaum muslimin-muslimat rohimakumullah
Allah berfirman :



Artinya : " Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri(dengan beriman) dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sholat. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akherat adalah lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu (yaitu) Kitab-kitab Ibrohim dan Musa." ( Al A'laa 14-19 )
Hadirin yang berbahagia
Firman Allah yang berbunyi : "Kod aflahaman tajakkaa" Sesungguhnya orang yang beruntung adalah orang yang membersihkkan dirinya atau mensucikan dirinya, para ahli tafsir berpendapat orang yang mensucikan diri adalah orang yang berbuat baik kepada Ibu bapak, tidak condong kepada kedzoliman, tidak menggunjingkan orang lain, tidak menyintai dunia, banyak mengingat Allah, sabar menerima musibah dari Allah, membersihkan lahir dan batinya, membaca Al Qur'an, beramal dengan ikhlas dan Orang yang dapat menahan dirinya dari hawa nafsu. Itulah ciri orang -orang yang membersihkan dirinya terutama di bulan ramadhan dan orang -orang itu sekarang dengan khusu, ikhlas dan ridho mencari keagungan Allah ditengah-tengah musim dingin dan di luar salju putih menyambut mereka untuk melakukan shalat Idil Fitri, untuk bersujud dan berserah diri kepada keanggungan-Nya dan Nabipun bersabda :






Artinya : "Apabila tiba saat hari raya Idil Fitri, Allah telah mengirim para malaikat. Maka turunlah mereka ke bumi pada setiap negara. Mereka berseru: " Hai ummat Muhammad keluarlah kamu sekalian menuju Tuhan Yang Maha Pemurah."
" Maka apa bila mereka keluar menuju tempat sholat masing-masing, Allah berfirman : " Saksikanlah hai malikat-malaikat-Ku, bahwa sesungguhnya Aku memberikan pahala bagi puasa mereka dengan keridhoaanku dan ampunan-Ku "

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Seluruh rangkaian ibadah di bulan ramadhan, shalat, puasa, zakat di tambah dengan Shalat Id seperti yang kita lakukan ini dimaksudkan untuk mengembalikan kesucian dari kemanusiaan kita. Dalam rukun Islam yang lima menggajarkan bahwa kesucian hanya bisa dikembalikan dengan cara : Penolakan kepada setiap bentuk penindasan seperti diungkapkan dalam kalimat syahadat. Mengingatkan terus menerus kebesaran Allah seperti kita lakukan dalam shalat. Mengendalikan hawa napsu seperti yang tampak pada ibadah puasa. Menunjukkan solideritas sosial kepada sesama manusia seperti tercermin dalam zakat.Dan mengarahkan hidup kita hanya kepada Allah seperti dilambangkan dalam gerakan haji. Semua ini disimpulkan pada Idul Fitri, kembali kepada fitrah kesucian.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Hadirin yang dimuliakan Allah.
Untuk menuju pada kesucian manusia seperti yang dikehendaki oleh makna Idil Fitri rasanya memang berat, apa lagi meneggakkan ajaran Islam ditengah-tengah lingkungan yang tidak Islami di luar negeri seperti yang kita alami sekarang ini, ditambah lagi dengan ketidak mengertian tentang Islam dapat menimbulkan kesenjangan dikalangan ummat Islam sendiri. Seperti yang dikatakan oleh Imam Syakib Arsalan : " Al Islamu mahjubun bil muslimin " artinya " Agama Islam itu terhalang oleh kaum muslimin sendiri " Mengapa ? Karena banyak ummat Islam yang tidak bertingkah laku Islami, di saat bulan puasa tidak puasa, sepertinya puasa itu hanya mainan dan dijadikan olok-olokan dan dianggap remeh, Padahal orang yang tidak berpuasa tanpa sebab mendapat ancaman dari Nabi dengan sabda beliau yang artinya : " Jibril telah datang kepadaku, katanya, hai Muhammad, barang siapa mengalami bulan ramdhan dan tidak berpuasa sampai akhir bulan dan tidak mendapat ampunan, maka dia akan masuk neraka, semoga dia di jauhkan Allah darinya. Maka saya berkata ,"amin".

Orang yang memeremehkan puasa atau kewajiban yang lain seperti sholat, zakat dsb, biasanya tidak takut ancaman Allah dan rosulnya, mengapa ? karena Ancaman Allah dan rosulnya masih bersipat abstrak, gaib, tidak konkrit , tidak langsung terjadi dan balasanya biasanya di akherat.
Tapi kalau yang mengancam atasnya langsung dan itu berakibat terhadap pekerjaanya, maka dia akan langsung minta maaf dan segera bertobat. Maka ada orang bijak berkata : "Segenggam kekuasaan lebih efektif dari seribu kebenaran yang disampaikan oleh orang yang tidak punya kekuasaan" Oleh sebab itu ketika di jaman Khalifah Abu Bakar Siddiq, Beliau memerangi orang-orang yang tidak mau membayar zakat. Dan di zaman Khalifah Umar bin Abdul Azis, Beliau menghukum orang-orang yang sedang minuman keras dengan cimeti, sahabatnya berkta, Ya amirul mu'minin, di situ ada orang yang rajin beribadah juga, kata Beliau : "Hukum lebih dahulu orang yang rajin ibadah itu tapi suka minum minuman keras."

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar !
Banyak ajaran Islam dirusak oleh orang Islam sendiri, ajaran Islam dianggap asing atau aneh oleh orang Islam sendiri. Orang shalat, aneh. Orang puasa, aneh. Orang yang menyampaikan kebenaran, aneh. dst Seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad saw :



Artinya : "Bermula Agama Islam itu lahir dalam keadaan asing, dan satu ketika akan kembali dianggap asing, maka berbahagialah mereka yang dianggap asing itu ( HR. Muslim )
Timbulnya salah pengertian tentang Islam sebenarnya sisa warisan penjajah dan para orientatalis di Indonesia. Ada tiga bom waktu yang mereka tanamkan di Indonesia yaitu :
1. Budaya barat yang merusak moral bangsa Indonesia( Ini sudah terlihat hasilnya sekarang, kita sudah sama-sama mengetahui ).
2. Orang-orang Islam sendiri supaya benci kepada syariat atau ajaran Islam, yang inipun sudah terlihat hasilnya yaitu banyak orang Islam takut dengan ajaran Islam !
3. Orang -orang Islam supaya tidak merasa bangga dengan Islam itu sendiri. Dan inipun sudah terlihat hasilnya, ajaran nabi untuk memperbanyak ucapan salam ditinggalkan, Sepertinya kalau mengucapkan salam di telepon misalnya, tak ada rasa bangga, bahwa itu ajaran Islam, bukan kampungan !

Allahu Akbar, Allhu Akbar, Allhu Akbar Walillahilham.
Maka Nabi mengatakan seperti hadist dia atas : "Berbahagialah, orang-orang yang dianggap aneh" Tanda-tanda mereka, seperti disabdakan oleh Rosulullah saw adalah :
Pertama,


Arinya " Mereka mencoba menimbulkan kebaikan ketika manusia sudah rusak "
Dalam hadist lain disebutkan :



Artinya ; " Mereka itu manusia-manusia yang sholeh, yang jumlahnya sedikit, di tengah-tengah manusia yang durhaka "
Pada hari ini, di hari raya Idil Fitri kita memerlukan ghuraba, orang-orang yang dianggap aneh yang ingin memperbaiki masyarakat disekitarnya, Ketika orang lain datang dan menyatakan bahwa korupsi sekarang merupakan kebudayaan masyarakat. Kita memerlukan orang-orang yang tabah untuk hidup tanpa korupsi sama sekali.
Para ahli fiqih menyebut dengan satu istilah yang bagus sekali :


Artinya : " Dia suci dalam dirinya, dan dia juga berusaha mensucikan orang lain "
Pribadinya bersih, dan dia berusaha membersihkan orang lain. Tingkah lakunya indah, dan dia berusaha mengindahkan tingkah laku orang lain. Di saat orang-orang berlomba menumpuk kekayaan, sementara ia mempertahankan kesederhanaannya karena ingin memelihara kesucian dirinya, maka ia sering dianggap aneh.
Ciri kedua orang yang dianggap aneh seperti kata Rosululah :



Artinya : " Mereka mengisi apa yang hilang, mereka melengkapi apa yang ganjil, mereka memenuhi apa yang kosong "


Di dalam masyarakat kita sering mencari orang kuat keyakinannya, kuat keimanannya, Kaum Ghuraba ini biasanya tampil ditengah-tengah berkecamuknya kemunafikan, kefasikapan dan kemungkaran, ditengah-tengah usaha untuk menjilat ke atas dan memeras ke bawah. Di tengah-tengah kekacauan, sang Ghuraba orang yang dianggap aneh tetap menyampaikan apa yang benar itu benar dan yang batil tetap dikatakan batil, walaupun orang-orang fasik dan orang-orang kapir membencinya ! Dan orang yang menyampaikan keberan biasanya memang banyak musuhnya. Masih ada bintang di tengah-tengah malam gelap gulita, orang seperti inilah yang biasanya mengisi apa yang hilang, memenuhi apa yang kosong. Ketika orang-orang kehilangan identitas, mereka menujukkan Inilah Islam, inilah jalan kesucian, inilah jalan menuju Fitrah Illahi, inilah Idil Fitri yang sebenarnya, bukan dengan banyak makanan dan bagusnya pakaian-pakaian baru ! Karena kata nabi sebagus-bagusnya pakaian adalah Taqwa !
Tanda ketiga orang yang dianggap aneh, orang yang menjaga kesucian diri adalah seperti Sabda Nabi :



Artinya : " Mereka menghidupkan kembali sunnahku setelah sunnah itu dimatikan oleh manusia "
Ketika beberapa ajaran rosulullah sudah ditinggalkan, mereka tampilkan kembali ajaran rosulullah itu. Disabdakan lagi oleh rosulullah : " Orang yang berpegang teguh kepada agamanya di zaman itu seperti orang yang memegang bara "

Allahu Akbar, Allhu Akbar, Allahu Akbar
Hadirin yang berbahagia.
Di sini Rosulullah menujukkan bahwa akan datang satu jaman orang yang memegang agama dianggap aneh, di anggap asing, di anggap ghuraba, sehingga lantaran keanehannya, dia seperti memegang bara api di tangannya. Bila dilepaskan , bara itu padam; bila dipegang bara itu membakar dirinya. Orang yang mempertahankan keyakinannya, orang yang ingin memelihara kesuciannya kepribdiannya, orang yang ingin memelihara sunnah Rosulullah dia hidup seperti memegang bara, dia selalu dalam keadaan panas, karena banyak orang yang membencinya ketika dia sedang menyampaikan kebenaran Illahi dan kebenaran rosul-Nya.


Mutiara pribadi

Antara Moskow, Helsinki dan Stockholm

Ada Hikmah

Ada hikmah dibalik yang kau lihat dan yang kau baca. Moskow Jakarta ﺒﺳﻢﺍﻟﻟﻪﺍﻟﺮﺤﻣﻦﺍﻟﺮﺤﻴﻢ ﺍﻠﻠﻪﺍﻛﺑﺮ ﺍﻠﻠﻪﺍﻛﺑﺮ ﺍﻠﻠﻪﺍﻛﺑﺮ ﺍﺷﻬﺪﺍﻻﺍﻠﻪﺍﻻﺍﻠﻠﻪ ﻮﺤﺪﻩﻻﺷﺮﻳﻚﻠﻪ ﻮﺍﺷﻬﺪﺍﻦﻣﺤﻣﺪﺍﻋﺑﺪﻩ ﻮﺮﺳﻮﻠﻪ

Musim panas di Moskow

Musim panas di Moskow
Novokuznetskaya Ulitsa

Warga SIM di Musim Dingin di taman KBRI Moskow

Warga SIM di Musim Dingin di taman KBRI Moskow
Kecil Indah dan bermakna, pantang menyerah, pantang mundur dan terus bergerak di jalan Illahi. Berjuang dan berdoa disegala tempat di segala cuaca. Tahan menghadapi cobaan, ujian, hinaan, caci maki. Tetap tegar dan berpegang teguh pada janjiNya !

Di Arafah 2003

Di Arafah 2003
Insya Allah menjadi haji yang mabrur, haji yang selalu mendapat ridho dan ampunan Allah

Masa muda

Masa muda