Thursday, May 04, 2006

Isro Mi'roj 99


Bismillahirrohmanirrohim.
Assalamu alaikum wr wb.

Bapak-bapak, Ibu-ibu, Saudara-saudara, hadirin yang saya hormati.
Anak-anak yang Bapak cintai.

Marilah kita panjatkan Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah swt yang Maha Agung, karena dengan taufik, hidayah dan kesehatan yang diberikan-Nya pada kita semua, pada malam ini kita dapat meringankan langkah kaki dalam rangka menghadiri peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw di ruang Pancasila KBRI Moskow. Puji Syukur Alhamdulillah juga kita panjatkan kehadirat Allah swt yang tetap memberikan karunia yang tak ternilai harganya, dimana keimanan dan keislaman masih melekat pada diri kita masing-masing ditengah-tengah kehidupan yang tidak Islami.
Solawat dan salam kita tujukan pada Nabi besar Muhammad saw dan keluarga serta sahabat-sahabatnya. Juga pada orang-orang yang mengikuti ajarannya.
Hadirin yang berbahagia.
Allah swt berfirman dalam surat ke 17 yaitu surat Al Isra : 1 yang berbunyi :






“ Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda(kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. “
Hadirin yang berbahagia.
Setelah 14 abad lamanya peristiwa Isra’ dan Mi’raj terjadi, kini telah dapat dipelajari dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Apakah Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad saw itu mungkin terlaksana atau tidak ? Pada abad ini dan abad-abad mendatang bukan lagi masalah percaya atau tidak saja, tetapi sudah mencapai tingkatan pembuktian secara ilmiah.
Perkembangan ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa manusia biasa bukan Nabi atau Rosul yang telah dididik untuk mengoperasikan pesawat ruang angkasa dapat melakukan perjalanan -

menjelajah ruang angkasa dan kebetulan mereka-mereka yang mampu menembus ruang angkasa adalah dari negara dimana peristiwa Isra Mi’raj ini sedang di peringati yaitu Russia.
Tapi pada kesempatan peringatan Isra Mi’raj kali ini, saya tidak akan membicarakan tentang Isra’ Mi’raj dilihat dari sudut IPTEK tersebut, Saya akan membicarakan penerapan persitiwa Isra’ Mi’raj dalam kehidupan sehari-hari, karena pada hakekatnya peristiwa Isra Mi’raj adalah peristiwa perjalanan seorang hamba yaitu nabi Muhammad saw menghadap kepada Allah swt untuk menerima perintah yang sudah sama-sama kita ketahui yaitu ibadah shalat, yang wajib dilakukan 5 kali sehari semalam.
Kata ibadah dalam bahsa Arab mempunyai makna yang jauh lebih luas dari pada service (pelayanan) dalam bahasa Inggris . Ibadah mencakup sekaligus makna sepenuh hati dan penyembahan. Ia mempunyai pengertian menundukkan sama sekali kehendak pribadi kepada orang lain, sehingga dengan demikian kata ‘abd berarti budak, yang hidup dan kehendaknya sama sekali berada pada tuan atau majikannnya.
Islam yang berarti penyerahan diri secara sempurna kepada kehendak Allah dengan sendirinya menuju kepada suatu corak perbuatan dan sikap yang ditunjukkan dengan kata ibadah. Dalam pergaulan antar manusia kita menyaksikan sesuatu yang mendekati pengertian penyerahan diri seperti orang yang sedang saling jatuh cinta. Hubungan dengan Allah sama sekali tidak dapat disamakan dengannya dan karena itu ia hanya bisa ditunjukkan dalam bentuk kiasan. Orang-orang yang sedang jatuh cinta senang menyebut diri masing-masing sebagai hamba cinta karena adanya tuntutan untuk menundukkan diri yang disyaratkan oleh cinta itu. Sedangkan yang dituntut oleh allah dari kita adalah pelayanan atau ibadah secara ikhlas dan penuh cinta kepada-Nya. Jika Allah merupakan tujuan kita, maka kita dituntut untuk beribadah kepada-Nya semata. Bila kita mengabdi kepada hal-hal lain yang bukan tujuan kita berarti kita tersesat jalan dan menghancurkan kehidupan kita sendiri. Bila kita mengabdi kepada naluri-naluri pribadi tanpa menundukkannya kepada tujuan yang dinginkan, berarti kita menciptakan ketidak teraturan dalam kehidupan kita sendiri. Jika kita mengabdi kepada uang dan kekuasaan , berarti kita tidak jujur kepada harga diri kita yang lebih tinggi. Bila kita mengabdi kepada orang lain karena rasa takut atau cinta kepada keuntungan material, berarti kita melakukan ketidakadilan terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Bila kita mengabdi kepada dewa-dewa khayal yang kita bikin sendiri atau mengabdi pada kekuatan alam , karena ketakutan kita terhadap benda-benda itu , berarti merusak harga diri kita sebagai manusia.

Hadirin yang berbahagia.
Tragedi kehidupan manusia terjadi bila ia dikuasai oleh rasa takut yang tidak dari tujuan yang sebenarnya. Pengabdian kepada Allah berarti indentifikasi dengan kehendak Allah. Penyerahan diri secara sempurna atau tawakkal tidak berarti menghilangkan kepribadian, justru menyempurnakannya, dan inilah satu-satunya jalan untuk mencapai kesadaran pribadi. Hal ini berarti penguasaan terhadap kehidupan dan kebahagiaan, kita mengelak untuk main kuasa dan main paksa. Karena bila orang sudah tumbuh kesadaran beribadah yang sangat tinggi dalam dirinya, dia tidak lagi dapat diperbudak oleh apa dan siapapun, harta benda, kekuasaan, jabatan , kedudukan dan pangkat yang dimilikinya tidak akan mempengaruhinya dalam merendahkan diri dihadapan Allah, beribadah kepada Yang Maha Agung, Allah swt. Kesibukan apapun tidak akan melalaikan dirinya untuk melakukan ibadah sholat, karena sholat bagi dirinya adalah alat komunikasi yang sangat sempurna yang dapat menghubungkan dirinya secara langsung -tanpa perantara siapapun- dapat langsung berkomunikasi, berdilaog, beraudiensi kepada pemegang kekuasaan Yang Maha Tinggi, Yang Maha Mutlak, Yang Maha Menentukan, Yang Maha Pengatur, Allah swt.
Hadirin yang berbahagia.
Allah adalah wujud Yang Maha Kreatif. Dialah kekuatan hidup. Sebagai Tuhan, Dia merupakan Tuhan Yang Membangun dan Tuhan yang menjamin pelestarian hidup serta nilai-nilainya. Bila kita diperintahkan untuk mengabdi kepada Allah berati bahwa kita diperintahkan untuk mengabdi kepada-Nya dan mengembangkan nalar dan keadilan dalam hidup ini. Tidak ada satu perintah Allah yang tidak terkait dengan kepentingan dan kemajuan kita sendiri. Menurut Islam, setiap perbuatan yang benar merupakan perbuatan yang bernilai ibadah. Menurut al Qur’an , merasakan kenikmatan atau menikmati hidup dan kehidupan di dunia inipun, asal diperoleh dengan cara yang dibenarkan, merupakan perbuatan yang bernilai ibadah, banyak firman Allah yang menyatakan demikian diantaranya :







“ Katakanlah : siapakah yang mengharamkan (melarang) kenikmatan yang diberikan allah kepada hamba-Nya, dan (siapa pula yang melarang) rejeki-Nya yang baik-baik itu? “

Katakanlah : “ Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan di dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat.” (Al A’raf : 32)
Hadirin yang berbahagia .
Dalam surat yang lainnya Allah juga berfirman:





“ Gerakan benda-benda langit merupakan perbuatan ibadah yang dilakukan oleh alam dan semua pertumbuhan juga merupakan ibadah kepada Allah. “ ( Ar Rahman : 5-6)






“ Tujuh lapis langit, bumi dan semua makhluk yang ada di dalamnya bertasbih(memahasucikan) dengan memuji kebesaran-Nya (bertahmid), tetapi engkau tidak memahami bagaimana mereka bertasbih.” ( Al Isro :44)
Semua makhluk yang ada di langit dan di bumi tunduk patuh kepada-Nya, yang sering kali ingkar justru manusia. Manusia sering kali sombong kepada Tuhannya, dia tidak mau tunduk dan patuh kepada Allah yang telah menciptakan dan menyempurnakan kejadiannya, yang telah memberikannya rizki yang begitu banyak kepadanya, yang telah memberikan nikmat karunia, berupa harta benda, kekayaan, kesehatan, keluarga dsb
Manusia yang sombong ini, tidak mau tunduk dan pasrah untuk menyembah Allah dengan penuh keikhlasan, kecuali ria karena ada acara keagamaan, bila tidak ada, bablas semuanya. Subuh, kesiangan. Dzuhur dalam kesibukan, Asyar masih diperjalanan, Magrib kesorean. Dan Isya ketiduran. Bila di tanya: “mengapa tidak mau sholat ?” Jawabanya : “ Males ! “ Ya Allah, bila pertanyaan itu dikiaskan dengan pekerjaan di kantor : “Mengapa tidak mau kerja ? bila mereka berani menjawab “ Males “ pada atasannya langsung, kita tidak tahu apa sanksi yang diberikan oleh atasannya.
Hadirin yang berbahagia.
Orang tidak cukup hanya di katakan baik oleh manusia, karena sudah berbuat baik kepada sesama manusia, itu baru satu sisi yaitu-

hubungan sesama manusia( hablum minannas), sedangkan ada sisi lainnya yaitu hubungan kepada Allah (hablum minnallah) juga wajib dilaksanakan, berupa ibadah kepada-Nya. Karena ibadah kita kepada Allah adalah Hak Allah yang wajib di penuhi oleh kita sebagai hamba-Nya, sedangkan kewajiban Allah pada kita sudah diberikan-Nya, berupa kehidupan dan segala fasilitasnya, yang sudah saya sebutkan di atas.
Hak-hak Allah yang berupa pengabdian kepada-Nya sering kali dilanggar dan pelanggaran tersebut bukan karena ada halangan atau karena ada sebab yang menghalanginya, tapi karena sudah menjadi kebiasaan dan menganggap remeh yang namanya ibadah kepada Allah, urusan ibadah kepada Allah entah urutan keberapa dari prioritas tujuan kehidupannya. Sehingga tak ada lagi kata dosa bagi mereka, tak ada lagi rasa takut kepada siksa Allah diakherat nanti, jiwa-jiwa mereka menjadi keras, watak-watak mereka menjadi keras, sipat mereka menjadi keras, pembicaraan merekapun kasar, tak ada kelembutan, tak ada bekas-bekas ibadah di wajah mereka, telinga-telinga mereka tuli terhadap setiap seruan kebenaran.
Lebih celaka lagi, mereka mentertawakan orang-orang yang mengajak kebenaran. Mereka membuat patah semangat orang-orang yang mau berbuat kebaikan, ibarat bunga berguguran satu demi satu, sehingga orang yang tadinya mau berbagi ilmu yang dimilikinya, akhirnya mundur satu demi satu. Dan benar apa yang dikatakan oleh Abu A’la Al Maududi saat dia sedang berdiri di mimbar : “ Bila semuanya tiarap, lalu siapa yang akan berdiri di mimbar ? Siapa lagi yang akan menyampaikan risalah Allah ? Siapa lagi yang mau menyampaikan risalah rosul-Nya ? “
Hadirin yang berbahagia.
Telah menjadi kebiasaan orang yang merasa dirinya kuat, yang bangga dengan kedudukan dan hartanya, untuk mentertawakan siapa saja yang bertentangan dengan pendapatnya dan menyerukan apa yang tidak diketahuinya. Terutama jika sipenyeru itu lebih lemah kedudukannya, lebih rendah pangkat dan statusnya dan lebih sedikit harta yang dimilikinya. Kalau kita baca sejarah Islam, Seperti itulah sikap sekompok tokoh kapir Quroisy terhadap utusan Allah nabi besar Muhammad saw, mereka seperti Abu Jahal, Abu Lahab, Al walid bin Mughiroh dan para pengikut mereka.
Padahal Amirul mu’minin Ali bin Abi Tholib pernah berkata : “Jangan Engkau lihat siapa orang yang menyampaikan, tapi lihat apa yang di sampaikannya.“ Dan orang bijakpun pernah bilang “ Mutiara tetap mutiara, walaupun berada dalam lumpur “ Nabipun bersabda yang artinya : “ Kebenaran adalah harta orang mukmin, dimanapun kamu temukan, ambillah ! “


Hadirin yang berbahagia.
Orang-orang seperti Abu jahal dan Abu lahab ada pada setiap jaman, manakala kelompok-kelompok manusia saling bertentangan, saling bermusuhan, saling hina menghina dengan sesamanya, saling menggunjingkan satu dengan lainnya, memburukan orang lain di hadapan kita dan memburukan kita dihadapan orang lain, mengadu domba sesamanya, hingga persaudaraan menjadi luntur, jalan-jalan kebenaran tersembunyi di antara jalan kebatilan, hakekat agama tidak lagi di jalankan, yang ada hanya formalitas belaka, tradisi yang baik serta atura-aturan-aturanya dimatikan. Tak ada lagi yang tersisa, selain ‘ kulitnya’ yang tidak sesuai dengan’intinya’ atau gerakan-gerakan lahiriah saja yang tidak di dukung oleh kesadaran batiniah. Pada saat seperti itu hawa napsu manusia menguasai segalanya, sehingga tidak ada lagi motivasi atau keinginan yang mendorong manusia untuk melakukan sesuatu, selain yang berkaitan dengan makanan, minuman, perhiasan, perabotan, pangkat, jabatan atau kedudukan.
Cita-cita manusia hanya tergantung pada kemuliaan semu, masing-masing ingin memperoleh pujian atas apa yang tidak dilakukannya, mereka takut terhadap celaan manusia ketika menyampaikan kebenaran, padahal : “ Pujian orang lain tidak menyebabkan kita masuk syurga, dan celaan orang lain tidak menyebabkan kita masuk neraka. “ Sekali lagi : “Pujian orang lain tidak menyebabkan kita masuk syurga dan celaan orang lain tidak menyebabkan kita masuk neraka “ lalu mengapa takut menyampaikan kebenaran ? Yang wajib kita takuti hanya murka Allah.
Ali bin Abi Tholib pernah marah, ketika orang lain memuji kebaikannya, mengapa ? karena Ali takut dengan pujian manusia, hati nya akan menyimpang dari jalan kebenaran, karena kebenaran yang di sampaikan atau kebaikan yang diberikan bila mengharapkan pujian dari manusia itu namanya ria, dan ria adalah perbuatan ibadah yang bukan karena Allah, perbuatan yang bukan karena Allah artinya tidak ikhlas, dan amal yang tidak ikhlas akan sia-sia, tidak mendapat apapun dari Allah, itulah yang ditakuti oleh Ali bin Abi Tholib. Jadi apapun yang kita lakukan, ibadah apapun yang kita perbuat, atau amal apapun yang kita lakukan kalau bukan karena Allah, itu sia-sia. Pahala tidak dapat, bahkan dosa yang kita terima, khan sayang sudah susah-susah kita sangka perbuatan kita baik, malahan yang kita terima malah dosa. Apa lagi yang jelas-jelas dosanya, seperti melalaikan sholat, malas sholat, tidak mau sholat, ogah sholat, nyet sholat, emoh sholat, enggan sholat, takut sholat, enggak mau masuk syurga. Loh memangnya ada orang yang takut sholat ? Ada , Mendengar suara adzan untuk sholat Jum’at misalnya, bukan lari mengambil wudlu, eh malahan kabur, lari ke kantin, belum makan alasannya.

Tapi anehnya makannya lama banget, sampai sholat Jum’at selesai tidak muncul-muncul. Melalui mimbar ini dan dengan peringatan Isro’ Mi’roj ini, Saya mengajak kepada hadirin semua, bagi yang belum terpanggil juga untuk mengerjakan sholat, mari segera mengerjakan sholat, mari kita biasakan sholat, mari kita tunaikan kewajiban sholat, mari segera kita bertobat kepada Allah, mumpung kita masih diberikan kesempatan untuk hidup, kapan lagi kita mau sholat? Usia semakin tua, kuburan semakin dekat, kematian bisa datang tak terduga, adakah amal yang kita tinggalkan jika mati ? Mari kita bertanya ke dalam diri kita masing-masing ? Mari kita jawab pertanyaan tersebut dengan amal yang nyata.
Hadirin yang berbahagia.
Ada 12 ancaman bagi orang yang meninggalkan sholat sbb :
3 Balasan sewaktu di dunia :
1. Segala usaha dan rezkinya tidak berkah.
2. Padam cahaya kesholehan di wajahnya.
3. Dia dibenci oleh yang beriman.

3 Siksaan ketika hendak mati :
1. Roh dicabut sedangkan dia dalam keadaan sangat kehausan.
2. Merasakan sangat sakit ketika di cabut rohnya.
3. Dikhawatirkan mati dalam keadaan tidak beriman.

3 Siksaan ketika di alam kubur :
1. Dia sangat sedih terhadap pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir
2. Kuburannya menjadi sangat gelap.
3. Kuburannya menyempit sehingga tulang rusuknya berantakan.

3 Siksaan pada hari kiamat :
1. Hisabnya menjadi sangat berat.
2. Allah murka kepadanya.
3. Di siksa Allah dengan api neraka.

Hadirin yang berbahagia.
Dan bagi yang sudah mengerjakan sholat, mari kita kembali bertanya : Apakah sholat kita sudah benar ? Apakah bacaan yang kita baca sudah benar ?Apakah sholat kita sudah khusu ? Apakah sholat kita sudah benar, syarat dan rukunya ? Benarkan sholat kita hanya karena Allah ? Mengapa semua itu kita mesti pertanyakan kembali ? Karena sebanyak apapun kita sholat, berpuluh tahun kita telah melakukannya, tapi yang sholat itu fisik kita, hati dan pikiran kita tidak ikut sholat.


Badan rukuk, tapi akal dan hati tidak rukuk; Badan sujud, tapi akal dan hati tidak ikut sujud; lisan kita membaca, akal dan hati tidak ikut membaca, tapi menerawang kemana-mana, bahkan kadang-kadang kita lupa berapa rekaat kita sudah sholat ? Apa yang kita baca ketika sholat tadi, kita tidak tahu, inilah rahasianya mengapa sholat kita tidak khusu. Untuk itu mari kita mohon kepada Allah, agar taufik dan hidayah-Nya diberikan kepada kita, hingga sholat kita menjadi khusu, hingga sholat kita menjadi sholat yang benar, yang benar-benar karena Allah, untuk Allah dan mencari ridho Allah. Bukan karena apa dan siapapun, semata-mata hanya karena Allah.
Hadirin yang berbahagia.
Sebagai penutup mari kita perhatikan dialog singkat ini :
Nabi Muhammad saw bersabda : “ Ada orang yang diajak masuk syurga, tapi tidak mau ”, sehingga sahabat-sahabat nabi bertanya : “Ya Rosulullah, memangnya ada orang yang di ajak masuk syurga tidak mau ? “ Jawab nabi : “ Ada, mereka diajak sholat, enggan. Di perintahkan puasa, nolak. “
Demikian, lebih kurangnya mohon maaf.
Wabillahi taufik wal hidayah
Wassalamu alaikum warokhmatullohi wabarokatuh.


Moskow, 3 Desember 1999 M
25 Sya’ban 1420 H

No comments:

Mutiara pribadi

Antara Moskow, Helsinki dan Stockholm

Ada Hikmah

Ada hikmah dibalik yang kau lihat dan yang kau baca. Moskow Jakarta ﺒﺳﻢﺍﻟﻟﻪﺍﻟﺮﺤﻣﻦﺍﻟﺮﺤﻴﻢ ﺍﻠﻠﻪﺍﻛﺑﺮ ﺍﻠﻠﻪﺍﻛﺑﺮ ﺍﻠﻠﻪﺍﻛﺑﺮ ﺍﺷﻬﺪﺍﻻﺍﻠﻪﺍﻻﺍﻠﻠﻪ ﻮﺤﺪﻩﻻﺷﺮﻳﻚﻠﻪ ﻮﺍﺷﻬﺪﺍﻦﻣﺤﻣﺪﺍﻋﺑﺪﻩ ﻮﺮﺳﻮﻠﻪ

Musim panas di Moskow

Musim panas di Moskow
Novokuznetskaya Ulitsa

Warga SIM di Musim Dingin di taman KBRI Moskow

Warga SIM di Musim Dingin di taman KBRI Moskow
Kecil Indah dan bermakna, pantang menyerah, pantang mundur dan terus bergerak di jalan Illahi. Berjuang dan berdoa disegala tempat di segala cuaca. Tahan menghadapi cobaan, ujian, hinaan, caci maki. Tetap tegar dan berpegang teguh pada janjiNya !

Di Arafah 2003

Di Arafah 2003
Insya Allah menjadi haji yang mabrur, haji yang selalu mendapat ridho dan ampunan Allah

Masa muda

Masa muda