Jika kamu mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kamu dilahirkan ? Isilah saat hidupmu dengan hal apapun yang bermanfaat, jadikan lingkungan sekitarmu ladang amal dan ladang jihad yang luas ! Jangan putus asa dan menyerah, katakanlah : " Cukuplah Allah pelindung dan penolong bagiku "
Thursday, May 04, 2006
Berkurbanlah karena Tuhanmu
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Hadirin jemaah Idil Adha rohimakumullah.
Maha besar Allah, Segala puji bagi Allah, Maha suci Allah pagi dan petang, tiada Tuhan kecuali Allah, yang janjinya selalu benar, yang memberikan batuan dan santunan kepada hamba-hamba-Nya, yang memuliakan barisan pengawal-Nya, yang menghancurkan musuh-musuh-Nya. Tiada Tuhan melainkan Allah, kami tidak mengabdi kecuali kepada-Nya, sekalipun orang musyrik tidak menyukainya.
Selawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Besar Muhammad saw beserta keluarga dan sahabatnya, juga bagi orang-orang yang mengikuti ajarannya.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamd.
Baru saja kita selesai melaksanakan Idul Adha berjemaah dan mulai tadi subuh bahkan ada yang sejak terbenam matahari mengumandangkan takbir, tahmid, tahlil dan bergema dipenjuru dunia terutama bagi saudara-saudara kita yang sedang menunaikan ibadah haji di Tanah Suci Mekah. Asma Allah terdengar di mana-mana membelah angkasa raya, kita memuji, memuja, menyanjung dan membesarkan nama-Nya, Allahu Akbar.
Saudara-saudara kita yang sedang menunaikan ibadah haji, pada hari ini sedang berjuang di jalan Allah untuk melontar jumroh , setelah niat dan berpakaian Ihrom dari miqot menuju Arafah untuk Wukuf kemudian bermalam di Muzdalifah sambil mencari batu untuk melontar ketiga jumroh pada hari ini dan setelah itu tawaf ifadah dan melakukan sa’i lalu bercukur maka selesai rukun haji mereka, tinggal wajib haji dan sunnat haji yang mereka kerjakan. Dan bila semua mereka kerjakan sesuai dengan tuntunan syariat. Sempurnalah Haji mereka dan Insya Allah mendapat Haji yang mabrur yang tidak ada balasannya, kecuali Syurga. Dan melalui mimbar yang mulia ini, kami menghimbau bagi yang belum memenuhi panggilan Nabi Ibrohim untuk menunaikan Ibadah Haji di tahun-tahun yang akan datang, marilah segera memenuhi panggilan yang mulia ini, panggilan dari Yang Maha Agung , Yang Maha Rahman dan Maha Rahim, Dialah Allah swt .
Bila ada yang merasa belum pantas atau takut melakukan ibadah haji karena merasa masih banyak dosa-dosa, justru di tanah suci itulah kita mohon ampun sebanyak-banyaknya atas segala kekhilafan, kesalahan dan dosa-dosa yang pernah kita lakukan. Ingat, Kota suci Mekkah bukan penjara untuk menghukum orang-orang yang berdosa, tapi di sana ada Baitullah, rumah Allah, tiada yang tempat yang paling mulia kecuali Masjidil haram.
Dan orang yang shalat di Masjidil Haram, Menurut Nabi Muhammad saw, sama nilainya dengan shalat 100.000 kali shalat di masjid-masjid lain. Dan bila kita kembali dari tanah Suci sebagaimana hadis Nabi mengatakan “Akan kembali seperti bayi yang baru dilahirkan Ibunya, Suci kembali dan diampuni segala dosa-dosanya “
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Hadirin yang dimuliakan Allah.
Sebagaimana kita ketahui Idul Adha disebut juga Idul Qurban yang mengingatkan kita kepada suatu peristiwa yang melukiskan satu kesediaan memberi kurban yang lebih tinggi dan lebih besar nilainya. Bukan semata-mata pengorbanan kesenangan harta benda, tetapi pengorbanan nyawa yang dilakukan oleh nabi Ibrohim as beserta putranya nabi Ismail as yang dilukiskan dalam Al Qur’an Surat As Shaffat : 102 yang berbunyi :
Artinya : “ Wahai anakku, aku lihat dalam mimpiku bahwa aku akan menyembelihmu sebagai kurban. Sekarang katakanlah(wahai anakku) bagaimana pendapatmu “
Dan Ismail menjawab :
“Wahai Ayahku, kerjakanlah apa yang diperintah kepada Ayah, Insya Allah Ayahanda akan mendapati ananda tergolong orang-orang yang sabar “
(As Shaffat : 102).
Hadirin sekalian dalam firman Allah di atas, tergambar sebuah fakta sejarah yang terus menerus diulang sepanjang tahun dan akan terus menerus diulang selamanya, karena kisah sejarah yang diabadikan Al Qur’an ini adalah kisah yang amat tulus ikhlas dari hamba Allah yang sangat patuh akan perintah Allah, sampai-sampai untuk mengorbankan anak sendiripun dilakukannya, asal itu perintah Allah. Demi cintanya kepada Allah, tak ada kata penolakan dari hamba yang setia dan sabar ini, tak ada kata protes oleh hamba yang ikhlas ini, tak ada kata yang keberatan terhadap perintah Allah yang menurut akal mungkin tidak dapat diterima, seorang Ayah menghorbankan anaknya, seorang Ayah diperintahkan menyembelih anaknya sendiri. Inilah contoh konkrit bagi hamba yang sholeh, mengapa ?
Karena bagi orang yang sholeh untuk semua perintah Allah hanya ada satu jawaban : “Sami’na watho’na” Kami dengar dan kami patuhi Dan kebalikan bagi hamba yang fasik adalah “ Sami’na wa asyoina “ Kami dengar dan kami langgar “.
Hamba yang sholeh seperti yang dicontohkan Nabi Ibrohim as dan Nabi Ismail as kisahnya akan relevan terus sepanjang hidup manusia, karena sepanjang hidup manusia akan terus menerus menemukan dua istilah kurban yaitu berkurban dan dikurbankan.
Tinggal kita pilih yang mana diantara dua itu, berkurban atau dikurbankan. Kalau berkurban, berarti siap mengeluarkan, mengimfakan, mensedekahkan, mengeluarkan zakat bagi harta yang kata miliki, siap mengurbankan harta untuk menunaikan ibadah haji, siap mengeluarkan harta di jalan Allah dan harta itu pada hakekatnya memang milik Allah yang diamanatkan pada kita . Dengan semangat berkurban, tergambar lagi bagi manusia bahwa seluruh kegiatan yang dilakukannya semata-mata ibadah kepada Allah. Sesuai dengan ikrarnya yang dibacakan setiap shalat :
Artinya : “ Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam “
Jadi, jangankan untuk berkurban seekor kambing atau seekor sapi, yang nilainya demikian kecil dibandingkan dengan harta yang telah ditabungnya, hidup dan matipun akan dilakukan demi Allah semata! Itu bagi orang-orang yang sholeh yang paham betul bahwa rejeki yang diterimanya itu berasal dari Allah dan dibelanjakan untuk di jalan Allah. Berbagi rejeki dengan orang-orang yang tak punya, berbagi rejeki dengan orang-orang fakir, berbagi rejeki dengan orang yang jarang makan daging bukan karena fegetarian, tapi memang tak mampu membeli daging ! Bahkan untuk membeli sembilan bahan makanan pokok pun bagi mereka sudah kewalahan. Dan untuk kondisi sekarang di Indonesia semangat ibadah qurban mesti dilipatgandakan, karena sudah sama-sama kita ketahui, bahwa banyak saudara-saudara kita di tanah air yang kekurangan dan kemiskinan, bukan karena males dan tak mau bekerja, tapi situasi dan kondisilah yang menyebabkan mereka demikian . Maka kita yang berada di sini, di luar negeri, di KBRI Moskow, yang telah diberikan kelebihan rejeki oleh Allah berupa manisnya dollar untuk berkurban bagi fakir dan miskin di tanah air.
Bagi mereka yang mampu berkurban tapi tidak mau melaksanakannya maka Nabi memberi peringatan melalui sabdanya:
Artinya : “ Barang siapa yang mampu berkurban tapi tidak mau berkurban maka janganlah ia mendekati tempat kami sholat “ (HR Ahmad dan Ibnu Majah )
Mengapa berkurban disyariatkan Islam? Salah satu hikmahnya adalah menghilangkan sipat kikir, sipat pelit yang cenderung dialami oleh orang-orang kaya, orang-orang yang punya harta, orang-orang yang suka menumpuk kekayaan dan orang-orang toma’ orang yang serba kurang padahal uangnya sudah banyak , tidak pernah mau bersyukur atas pemberian Allah yang telah diterimanya dan selalu mengeluh kurang-kurang dan kurang. Karena yang dilihatnya selalu yang di atas, bukan yang dibawah, makanya tidak pernah puas terhadap harta yang diterimanya. Padahal Nabi mengajarkan “ Bila urusan dunia, lihat yang dibawahmu dan bila urusan akherat, lihatlah yang diatasmu “ Maka orang yang semacam ini akan mudah bersyukur kepada Allah terhadap rejeki yang diterima betapapun kecilnya, hidupnya akan tenang dan bahagia penuh limpahan rakhmat dan ridho Allah, karena menyadari bahwa Allah telah memberikan rejeki tak terhitung banyaknya.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Hadirin yang dimuliakan Allah.
Nilai qurban lebih terlihat pada orang yang sedang melakukan ibadah haji, karena ibadah haji adalah ibadah badaniyah, ruhaniyah dan maliyah. Ibadah Haji perlu pengorbanan yang lebih banyak dan lebih besar, baik dari segi harta, tenaga, waktu, kamauan dan kemampuan, Karena Haji memang Ibadah yang serba besar, serba akbar ! terutama untuk segi biaya yang cukup besar, Namun tidak semua jemaah haji itu orang kaya . Sebagian terbesar dari mereka justru orang yang mempunyai penghasilan biasa-biasa saja, tapi karena ibadah haji telah menjadi cita-cita hidup yang ingin dicapainya sebelum berpulang kerakhmatullah, ada yang sampai menabung tidak kurang dari 30 tahun ! Baru bisa menunaikan ibadah haji ! Allahu Akbar ! Maka betapa malunya kita-kita yang berpenghasilan lebih dari cukup untuk ukuran orang biasa, yang mempunyai gaji lebih besar, yang bisa bolak balik ke luar negeri tapi tidak berniat untuk mengunjungi rumah Allah di tanah Suci Mekkah. Betapa malunya kita, uang simpanan sudah bertumpuk-tumpuk di Bank tapi belum juga terpanggil untuk menunaikan ibadah haji !
Betapa malunya kita pada Allah yang telah melimpah rejeki pada kita, tapi kita tidak mau mengunjungi-Nya di Baitullah. Padahal Nabi sering kali memperingatkan melalui hadistnya : “ Barang siapa yang mampu dan tidak mau melakukan ibadah haji, maka bila dia mati, matinya seperti yahudi atau nasrani “
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd.
Bagi yang sudah menunaikan ibadah haji, itupun baru melakukan syiar agama, belum hakekat agama. Artinya, bila sudah melakukan ibadah haji, tapi tingkah laku dan perbuatan serta sipat-sipatnya tidak menujukkan bahwa dia pernah melakukan ibadah haji atau sama saja ketika dia belum haji, sangat disayangkan .Untuk itu mari kita perhatikan epilog Naser Khosrow seorang penyair dari Parsi tentang ibadah Haji berikut ini :
“ Ceritakan kepadaku bagaimanakah engkau telah menunaikan ibadah haji, bagaimana engkau telah memuliakan tanah suci. Setelah melepas pakaian dan hendak mengenakan ihrom, disaat hati bergelora itu apa niatmu, telah engkau tinggalkan sesuatu yang yang seharusnya engkau tinggalkan ? Telah engkau tinggalkan sesuatu yang lebih hina dari Allah Yang Maha Besar ? Tidak. Apakah engkau telah menyerukan”Lebbaika” dengan sempurna dan penuh takzim ? Tidak. Apakah engkau telah mendengar seruan Allah ? Tidak. Apakah engkau telah patuh dengan kepatuhan Ibrohim ? Tidak. Ketika berada di Arafah, ketika sedemikian dekatnya kepada Allah Yang Maha Besar, sampaikah engkau berkenalan dengan Dia? Tidak. Ketika engkau memasuki Ka’bah tidakah engkau membuang kepentingan untuk diri sendiri ? Tidak. Ketika berdiri di makam ibrohim, apakah engkau berdiri semata karena Allah ? Tidak. Ketika melakukan tawaf keliling Ka’bah, tidak ingatkah engkau bahwa semua Malaikat senantiasa tawaf mengelilingi bumi ? Tidak. Ketika berlari-lari diantara sofa dan marwa, tidakah engkau menjadi suci dan bersih ? Tidak. Ketika kembali dari Mekkah adakah rindumu pada Ka’bah? Tidak. Tidakah egomu terkubur di sana ? Tidak. Tidakah engkau ingin pergi lagi ke sana ? Tidak. Semua pertanyaanku, kau jawab Tidak! Semua yang aku pertanyakan tidak satupun yang engkau mengerti . Maka aku berkata: Wahai sahabat! Sesungguhnya engkau belum menunaikan ibadah haji, sesungguhnya engkau belum taat kepada Allah. Memang engkau telah pergi ke Mekkah untuk mengunjungi Ka’bah, tapi engkau belum menuaikan ibadah haji ! Demikian epilog panjang dari Naser Khosrow . Semoga menjadi perhatian bagi yang sudah dan yang akan menunaikan ibadah haji ditahun-tahun mendatang.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamd.
Hadirin yang berbahagia
Hari raya haji disebut juga hari raya qurban, karena haji disamping ibadah sarat dengan pengurbanan daya, tenaga dan harta, pada hari yang mulia ini kita yang tidak atau belum sempat melaksanakan ibadah haji diberi kesempatan oleh Allah untuk turut melatih berkurban dengan menyembelih hewan. Sekalipun nilai materil harga hewan qurban itu itu jauh lebih kecil dibandingkan dengan ONH, tetapi secara immateril dan maknawi, nilai ibadah maupun nilai muamalahnya besar. Apalagi dalam situasi di Tanah Air kita yang memprihatinkan, nilai qurban kita akan bertambah maknanya.
Dengan ibadah qurban akan terjadi proses interaksi dan intergrasi antara kaum aghnia(kaya) dan dhu’afaa (miskin), membentuk satu masyarakat yang diliputi suasana saling pengertian dan saling mengasihi. Jika para qurbani merasa berbahagia karena tel;ah melaknasakan perintah Allah atas dasar iman dan taqwa, maka kaum fuqoro pun merasa gembira karena mendapat santunan daging qurban. Kedua belah pihak berkedudukan sama di sisi Allah. Si pemberi dan si penerima berkerja sama dalam rangka ibadah. Dan memang dalam ajaran Islam setiap aspek kehidupan, apapun namanya bila diniatkan karena Allah akan bernilai ibadah. Dan pengertian ibadah yang seringkali kita persempit artinya dengan hanya pada aktivitas ritual saja, itu sebenarnya membahayakan kita. Padahal pengertian ibadah itu amat luasnya, mulai dari yang terdapat dalam rukun Islam yang lima sampai paling kecil menyingkirkan duri di jalanan dan menampakan wajah pada saudara kita dengan senyum, Itu pun ibadah.
Tak ada satupun aspek dari kehidupan kita yang keluar dari konteks ibadah, sebab ibadah itu merupakan tujuan hakiki dari penciptaan manusia di muka bumi ini, sesuai dengan firman Allah yang berbunyi : “Wama kholaktul jinna wal insya illa liya’buduun”. Artinya :” Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”
Seluruh aktivitas kehidupan ini merupakan ibadah yaitu mencangkup aktivitas jiwa, seluruh aktivitas akal dan seluruh aktivitas fisik, selama aktivitas-aktivitas itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapat ridho Allah. Dengan demikian tidak ada aspek yangt tertutup bagi ibadah dalam kehidupan seorang muslim, ia terus menerus beribadah dalam setiap keadaan, diam dan geraknya mengandung nilai ibadah. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Imron : 191
Artinya : “ Yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau berbaring “
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamd
Hadirin yang berbahagia.
Dalam Islam terlihat jelas macam-macam ibadah. Misalnya, Shalat adalah ibadah harian yang diulang-ulang secara kontinyu, sebanyak lima kali sehari semalam. Puasa adalah ibadah tahunan yang dilakukan pada waktu tertentu di bulan ramadhan selama satu bulan penuh. Shalat Jum’at adalah ibadah mingguan guna mepererat silaturahmi pada saudara sesama muslim. Zakat adalah ibadah musiman atau bebarapa musim dalam satu tahun guna mensucikan manusia dari sipat kikir dan membiasakan memberi sesuatu yang bernilaikan moral maupun materi, Sedangkan haji adalah ibadah satu musim untuk seumur hidup satu kali. Dan berkurban adalah ibadah dengan cara menyembelih kambing, sapi, kerbau atau onta untuk fakir miskin. Di luar itu semua ada berbagai macam aspek kehidupan berisi ibadah. Ibu rumah tangga melayani suami dan anak-anaknya, ibadah. Suami bekerja di kantor untuk nafkah anak istrinya, ibadah. Anak sekolah belajar menuntut ilmu, ibadah. Pedagang menjual daganganya, ibadah. Bawahan patuh pada pimpinannya, ibadah. Pimpinan berlaku adil pada bawahan, ibadah. Bermacam-macam kegiatan olah raga ibadah, kalau niatnya menjaga kesehatan, sehingga tidak terganggu ibadahnya kapada Allah. Bicara dan bergaul, kalau niatnya bersilaturahmi adalah ibadah. Rekreasi pun ibadah, kalau niatnya menghilangkan kejenuhan sehari-hari dan melihat kebesaran Tuhan di muka Bumi ini. Jelas semua aspek khidupan kita tidak lepas dari kegiatan ibadah, karena seluruh gerak gerik kita ada di bawah pengawasan Illahi Robbi, Allah Maha mengetahui apa yang kita kerjakan. Dan bila kesadaran ini tumbuh disetiap hati orang yang mengaku beriman, insya Allah limpahan rakhmat, karunia dan rejeki-Nya akan ditambahkan pada kita semua. Dan Allah akan memberikan kemenangan dan kejayaan bagi Ummat Islam.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Hadirin jemaah Idul Adha yang berbahagia.
Jika seluruh kehidupan kita yaitu ummat Islam berorientasi pada rela berqurban dan berorientasi pada ibadah, bukan kepada materi semata, Ummat Islam akan mencapai puncak kejayaan dan kemenangan, tapi bila aktivitas-aktivitas itu secara berangsur-angsur bergeser dari nilai qurban dan nilai ibadah, maka ummat Islam mulai turun dari puncak kejayaannya.
Maka jadilah Ummat Islam kacau balau, mudah dipecah belah, mudah diadu domba oleh berbagai kekuatan yang memang tidak menginginkan kejayaan dan kemenangan ummat Islam di muka bumi. Untuk itu dalam kesempatan yang berbahagia ini, dalam kesempatan idul Adha yang mulia ini, mari kita bertanya pada diri kita masing-masing, apakah yang telah kita perbuat untuk Islam, apakah yang telah kita lakukan untuk kejayaan dan kemenangan Islam ? Apa yang telah kita qurbankan untuk Islam ? Jangan tanyakan apa yang telah kita dapatkan dari Islam. Allah tidak akan pernah menyalahi janji-Nya. Karena Allah berfirman: “ Jika Engkau menolong agama Allah, niscaya Allah akan menolongmu !” Jangan tanyakan Apa yang Allah berikan pada kita, Yang jelas Allah telah begitu banyak memberi pada kita, dan kalau kita mau menghitung pemberian-Nya, kita tak akan sanggup menghitungnya. Tapi kitalah yang ditanya oleh Allah, Apa yang telah kita berikan pada Allah, pada agama yang di ridhoi Allah yaitu Islam ? Apa yang telah kita perjuangkan demi kemenangan kejayaan dan syiar Islam ? Marilah melalui mimbar yang mulia ini, kami mengajak semua hadirin untuk memperjuangkan, mensyiarkan, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui ibadah haji, ibadah qurban dan seluruh aspek khidupan dengan kegiatan yang bernilai ibadah. Mari dengan posisi dan propesi masing-masing, kita syiarkan Islam dalam kehidupan sehari-hari. Kita niatkan dalam hati, dalam pembicaraan, dalam perbuatan dan dalam pergaulan sehari-hari semua karena ibadah, semata hanya karena Allah. Insya Allah, kita semua akan mendapat taufik, hidayah, rakhmat dan ridho Allah.
Marilah pada hari raya Idul Adha yang mulia ini kita pererat hubungan kita dengan Illahi, sumber dari segala sumber kabahagian, marilah kita pupuk kembali sipat rela berkurban demi cita-cita yang lebih tinggi yaitu mendapat limpahan ampunan dan ridho Allah swt. Mari kita renungkan dan kita laksanakan Firman Allah swt dalam surat Al Kautsar 1-2 :
Artinya : “ Sesungguhnya Kami telah memberikan padamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah “
Mari kita berdoa dengan penuh keikhlasan dan kekhusuan, Insya Allah Doa kita dikabulkan-Nya. Amin.
Allahumma ya Allah. Engkau Mha tahu apa yang terang dan tersembunyi di hati kami. Kami berserah diri kepada-Mu. Ampunilah kami ya Allah, ampuni dosa-dosa dan kesalahan kami, dosa Bapak dan Ibu kami, dosa guru-guru kami, dosa para pemimpin kami.
Wahai Nur Yang Maha Suci. Wahai Junjungan Kami, kami tidak mampu menanggung dosa dan noda yang kami perbuat. Mak ya Allah, jika engkau tidak mengampuni kami, maka celakalah kami dan kami termasuk orang-orang yang merugi.
Ya Allah ya Tuhan kami, junjungan kami, pelindung kami, berilah kami kekuatan, ketabahan, kesabaran dan keteguhan iman dalam menghadapi segala cobaan dan ujian yang datang dari-Mu.
Ya Allah kami bersimpuh dihadapan-Mu, di tengah-tengah keprihatinan Bangsa kami, ditengah-tengah krisis ekonomi, ditengah-tengah krisis moneter, ditengah-tengah krisis kepercayaan, ditengah-tengah merosotnya kejujuran dan keadilan yang melanda bangsa dan negara kami, ditengah-tengah hati yang galau, ditengah-tengah perasaan yang was-was menghadapi segala ketidak pastian guna memohon petunjuk dan hidayah-Mu, agar bangsa dan negara kami dapat segera pulih dari segala macam marabahaya yang sedang malanda.
Ya Allah ampunilah orang-orang yang tiada memiliki apapun, kecuali doa. Ampunilah orang-orang yang modalnya hanya mengharap ridho-Mu. Ampunilah orang-orang yang pakaianya hanya iman dan ketaqwaan. Ampunilah orang-orang yang kendaraan hanya keyakinan kepada-Mu. Ampunilah orang-orang yang hartanya hanya dzikir. Ampunilah orang yang senjatanya hanya ibadah.
Ya Allah, jauhkanlah bangsa dan negara kami dari perpecahan dan kehancuran, dari rasa gelisah, kwatir dan penuh dengan ketakutan. Engkaulah tempat bermohon dan berlindung, maka lidungilah kami dari segala macam malapetaka dan bencana. Dan jadikanlah kami orang yang sabar bila tertimpa musibah dan orang pandai bersyukur bila mendapat nikmat. Amin.
Sekian, terima kasih atas perhatiannya.
Lebih kurangnya mohon maaf.
Wabillahi taufik walhidayah
Wassalmu alaikum warokhmatullohi wabarokatuh.
Moskow, 10 Dzulhijjah 1419 H
28 Maret 1999 M
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Mutiara pribadi
Ada Hikmah
Ada hikmah dibalik yang kau lihat dan yang kau baca.
No comments:
Post a Comment